TRANSAKSI penjualan obat-obatan terlarang telah terstruktur, sistematis dan masif. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memetakan sekitar objek tersebut. Terdapat empat akses masuk ke lokasi Bong China. Akses utama persis di depan rumah dinas (rumdin) Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati. Ada kode khusus bagi pelanggan yang akan bertransaksi.
“Makanya ibu wakil (Wawali, red) gemas. Gelisah melihat perbuatan-perbuatan mereka,” ujar Kepala BNN Kota Cirebon AKBP Yaya Satyanagara, kemarin.
Yaya membeberkan, masing-masing akses itu dijaga oleh orang yang bertugas untuk memantau. Di antaranya oleh oknum penegak hukum. Itu baru di akses pintu menuju masuk. Pengawas gerak-gerik orang juga ada di seberang jalan akses pintu masuk tersebut. Ya, dua arah. Mereka ada di gubuk semi permanen atau warung.
Rencananya, kata Yaya, gubuk atau warung itu akan diratakan dengan tanah. “Jadi ketika mau bertransaksi di makan China itu, pengawas yang berjaga memberikan kode khusus. Kalau aman ya masuk. Kalau tidak aman ya mereka putar balik, tidak jadi masuk hingga ke dalam,” ungkap Yaya.
Gubuk pemantau atau pengawas itu sejajar dengan rumah dinas wakil walikota. Yaya mengaku tak hapal pasti berapa yang melakukan pengawasan dan memberi kode itu. “Yang jelas, kurang dari 10 orang. Mereka bergilir,” terangnya.
Yaya mengatakan, selain transaksi satuan oleh anak ABG, para pelaku membeli obat-obatan tersebut untuk dijual kembali. Sehingga membeli dalam jumlah besar. Obat-obatan itu tidak diproduksi di Cirebon. Tetapi diyakini ada tempat untuk menyembunyikan obat-obatan itu.
“BNN masih mempelajari. Yang jelas, mereka menyimpan itu secara mobile. Atau kerap berpindah-pindah dalam menyembunyikan obat-obatan itu. Kami pun sedang mempelajari pergerakannya,” katanya.
Yaya menambahkan, makam Tionghoa adalah lokasi keempat dijadikan tempat transaksi barang haram. Sebelumnya ada tiga tempat yang jadi sasaran. Yakni, di Jl Cipto atau tepatnya di depan CSB Mall, area Terminal Harjamukti dan di depan terminal.
“Jadi sebetulnya ini bukan sesuatu yang aneh. Pelakunya masih itu juga, hanya tempatnya yang berpindah,” jelasnya.
Sehingga tak menutup kemungkinan jika peredaran di makam Tionghoa berhasil ditekan, akan berpindah ke tempat lain. Termasuk oknum-oknum yang dimaksud sejak awal mengikuti perjalanan peredaran barang haram tersebut.