IZIN investasi industri miras untuk skala besar hingga kecil perlu dipertimbangkan ulang. Hal itu disampaikan anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin. Menurut politisi kelahiran Majalengka itu, pendapatan dari industri miras tak siginifikan.
“Ada beberapa pertimbangan. Yang pertama, ternyata pendapatan industri miras tidak terlalu signifikan. Bulan Januari 2021 negara hanya mendapat pemasukan sekitar Rp250 miliar,” kata politisi PDIP itu melalui siaran pers yang diterima koran ini, Senin (1/3).
Pertimbangan kedua, lanjutnya, dengan adanya investasi besar-besaran di sektor miras, tidak mustahil penyebaran miras di Indonesia akan meningkat. “Jika kontrolnya kurang ketat akan berdampak negatif pada kebiasaan dan pola hidup masyarakat,” katanya.
Hasanuddin mengatakan banyak kejadian kriminal sebagai dampak mengonsumsi minuman keras. “Terbaru, ada oknum penegak hukum menembak 4 orang, 3 orang di antaranya sampai meninggal dunia. Itu lantaran mabuk,” tuturnya.
Pertimbangan lainnya, ujar Hasanuddin, penempatan investasi di wilayah tertentu, terlebih membangun pabrik miras, harus dengan dipertimbangan dengan sangat matang dengan mendengar suara masyarakat di wilayah itu. “Karena bagaimana pun pabrik miras di sebuah daerah akan berpengaruh terhadap masyarakat setempat. Kebijakan investasi harus bersifat masional,” tukasnya.
Hasanuddin menyarankan, untuk kebutuhan turis mancanegara di Indonesia sebaiknya dikembangkan pabrikan miras lokal yang lebih berkualitas, terutama untuk ekspor. Dan ini akan sangat membantu para pengusaha lokal di wilayah tertentu. “Saya lihat di beberapa wilayah sudah memiliki potensi untuk itu,” tandasnya.
Terpisah, Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid menilai perpres yang dikeluarkan Jokowi bertentangan dengan nilai Pancasila dan tujuan bernegara. “Saya selaku wakil ketua MPR RI menolak perpres miras. Bertentangan dengan nilai Pancasila dan tujuan bernegara melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata pria yang akrab disapa Gus Jazil itu.
Wakil Ketua Umum DPP PKB ini mengatakan miras lebih banyak kerusakannya daripada manfaatnya. “Kita bukan bangsa pemabuk. Kita bangsa yang berketuhanan. Miras itu jalan setan, akan lebih besar kerusakannya daripada manfaatnya,” katanya.
Menurut Gus Jazil, investasi miras tak sebanding dengan kerusakan yang akan dihadapi bangsa ini di masa akan datang. “Kita sudah miskin, jangan dimiskinkan lagi dengan miras. Jangan menukarkan kesehatan dengan investasi. Kita tahu Indonesia dalam krisis multidimensi, namun tolong jangan pertukarkan kesehatan jiwa kita dengan nafsu mendapatkan uang dari investasi miras. Celaka menanti kita,” tegasnya. (ono/rc)