KORBAN RS awalnya dibawa ke Rumah Sakit Permata. Versi keluarga, di sana tidak bisa ditangani karena BPJS milik korban sudah tak aktif lagi. Akhirnya keluar dari rumah sakit. Material peluru itu dibiarkan bersarang di punggung.
Siang hari kemarin RS masih harus membuat laporan kejadian ke polisi. Setelah itu baru dibawa ke Rumah Sakit Ciremai untuk operasi. Tapi rupanya di sana juga tak bisa operasi karena keterbatasan alat. Akhirnya dipindahkan ke RSD Gunung Jati. Hingga margib kemarin ia masih di IGD RSD Gunung Jati.
“Jadi setelah laporan ke polisi, anak disarankan berobat ke Rumah Sakit Ciremai. Tapi, di sana tidak ada alatnya karena peluru masuk cukup dalam. Jadi dirujuk ke RSUD Gunungjati. Sekarang masih di IGD, kami nunggu dokter untuk operasi ngangkat peluru,” kata Uus Saefudin, paman RS saat dijumpai di IGD RSD Gunung Jati, tadi malam.
Terpisah, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Cirebon Hj Fifi Sofiah mengatakan pihaknya ikut turun mendampingi korban. Menurutnya, informasi terkait penembakangan tersebut pertama kali ia ketahui dari pihak keluarga korban yang menyampaikan keluhan kalau penanganan medis terhadap korban terkendala status BPJS yang sudah tidak aktif.
Dari situ, wanita yang akrab disapa Bunda Fifi ini kemudian menanyakan kronologi kejadian yang dialami oleh korban. “Pertama tentu kita fokus penanganan anaknya. Karena bagiamanapun dia masih di bawah umur sehingga semua pihak harus membantu untuk penanganannya. Saya sendiri sudah tugaskan tim saya untuk melihat kondisi korban di rumah sakit,” ujarnya, kemarin.
Ditambahkan, kondisi korban mengalami luka tembak di bagian punggung belakang. Korban sendiri dalam kondisi sadar namun perlu tindakan medis segera karena posisi material peluru yang ditembakkan masih bersarang di bagian punggung belakang. “Jadi bagian belakangnya itu ada luka tembak, membengkak dan harus segera dilakukan tindakan medis. Ada metarial yang harus dikeluarkan dari punggungnya. Kalau secara umum kondisinya sadar,” imbuhnya.
Bunda Fifi mengaku tidak mengetahui jenis senjata yang digunakan oleh pelaku. Hal itu menjadi domain pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan. “Saya belum dapat keterangan secara jelas soal senjata yang digunakan. Biar itu ranahnya pihak kepolisian. Sekarang yang terpenting kita fokus ke penanganan anaknya, baik secara fisik atau secara psikis. Kita akan coba bantu dengan kemampuan yang kita miliki,” pungkas Bunda Fifi. (cep/dri)