“Entah apa yang diperkarakan. Tapi yang terlihat oleh publik, ini awal dari ketidakharmonisan keduanya (Acep-Ridho). Sehingga muncul pertanyaan dari publik, ada apa gerangan dengan hubungan keduanya hingga hari ini? Publik pun akan bertanya, apakah Edo (panggilan akrab Wabup Ridho) sudah tidak nyaman dengan Acep?,” ungkapnya.
Jika menjadi beban dan tidak bisa bersama, Kana pun memberikan saran agar sebaiknya Edo secara gentle bermanuver secara terbuka. Misalnya mempersiapkan diri menghadapi pertarungan pilbup secara terbuka.
“Ini cukup fair dan memperlihatkan jika kepemimpinan politik Edo yang siap berbeda dengan garis politik PDIP. Edo bisa berselancar merangkul banyak parpol di luar PDIP, sekaligus menjalin komunikasi dengan tokoh maupun ormas,” saran Kana.
Kembali ke soal mutasi. Kana yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda PUI ini mengatakan, ketidaksukaan Edo ditengarai juga akibat dari penempatan Kabag Hukum Setda yang kini ditempati oleh orang Kejaksaan Negeri (Kejari). Meski tidak melanggar aturan, namun menurutnya kebijakan tersebut menjadi hal yang tidak biasa.
“Padahal di jajaran setda saya kira masih banyak orang yang kompeten. Walau itu hak prerogatif, Bupati Acep mengambil keputusan yang secara tidak langsung menahan karir pegawai setda di bidang hukum. Ini mungkin penyebab sikap Edo yang tidak sepakat dengan kebijakan bupati,” sebut Kana menduga-duga.
Ketidakharmonisan ini pun, masih kata Kana, menyimpan dugaan seakan Edo tidak dilibatkan. Ia kembali bersaran, agar sebaiknya bupati maupun wakil bupati segera bertemu untuk memperlihatkan kekompakan dan produktivitas memimpin masyarakat Kuningan.
“Sebaiknya (bupati dan wabup) segera bertemu. Tunjukkan target kerja secara jelas. Bahkan sampaikan tupoksi keduanya ke publik,” sarannya lagi.
Dr Kana memaparkan, Gubernur Ridwal Kamil menyebut akibat pandemi Covid-19, Kabupaten Kuningan menjadi termiskin se-Jawa Barat sesuai data Badan Pusat Statistik Jawa Barat (BPS Jabar), bahwa indeks kedalaman kemiskinan Kuningan naik 1,17, dari awalnya sebelum Covid-19 1,24 menjadi 2,41 pada akhir 2020.
“Belum lagi kasus stunting Kuningan sangat tinggi, yakni 24%. Ini butuh kerja esktra dan kualitas memimpin antara Bupati dan Wakil Bupati. Jangan malah mempertontonkan perpecahan, tanpa menghiraukan kondisi saat ini,” pungkas Kana. (muh)