Ia kembali kembali menjelaskan, untuk persoalannya dengan bupati sebenarnya tergantung dari niat dan juga komitmen bersama, serta anggapan dari masyarakat. Ia mencontohkan ada anggapan masyarakat bahwa dirinya sebagai wabup bikin ulah akibat tidak mendapatkan “permen” dari bupati. Baginya, ini bukan masalah bagi-bagi “permen”. “Karena yang ada adalah masalah pengabdian,” tandasnya.
“Menurut saya ada ketidakharmonisan yang nantinya akan menyebabkan tidak saling menghargai, tidak segala macamnya. Kan begitu. Kalau sekarang kita punya tugas masing-masing dan lain sebagainya, ya saya rasa seperti apa yang tadi disampaikan Pak Bupati di media, beliau bilang tidak ada masalah, ya sudah. Anggap saja tidak ada masalah,” lanjut Edo.
Ke depan Wabup Edo berharap saluran komunikasi diperbaiki. “Kita sesama pengabdi kepada masyarakat, ya harus mempunyai tugas yang sama. Walaupun kita sama-sama tahu kebijakan semuanya juga pasti bupati yang menentukan. Tapi kan ada fungsi wabup memberikan saran, mengawasi, evaluasi, dan lain sebagainya. Mudah-mudahan itu bisa kita lakukan,” harapnya.
“Jangan sampai nanti seperti kemarin, ada kegiatan-kegiatan yang sebetulnya dekat dengan kantor, vaksin masal segala macam, masa saya gak tahu?.Masa saya disuruh baca grup pemda. Bu Susi sudah ngasih tahu di grup pemda, cuma saya belum baca. Masa, kan kocak amat. Masa kita harus lihat, baca-baca dari grup pemda,” sambungnya.
Edo berharap agar sama-sama mendewasakan diri. “Yang paling penting komitmen kita dalam menyelesaikan setiap permasalahan di Kabupaten Kuningan. Kita ini banyak punya musuh. Mulai kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya, Covid-19. Ya kalau sendiri-sendiri gak akan beres-beres,” ucapnya.
Termasuk ketika ingin melaksanakan program yang baik, lanjut Edo, harus diputuskan dan dihasilkan melalui komunikasi yang baik. “Kita berharapnya bisa ngopi bareng. Karena sebenarnya di tahun-tahun awal ngopi bareng sudah sering. Cuma kita belum bisa melakukan hal yang waktu itu disepakati saja. Mungkin itu,” tuturnya. (muh)