Kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih berjalan. Banyak kendala dikeluhkan orang tua, salah satunya soal kuota internet. Pemdes Majasari Kecamatan Sliyeg ikut memberikan solusi, sehingga beban orang tua bisa teratasi.
ANANG SYAHRONI, Sliyeg
SUDAH memasuki tahun kedua, pandemi Covid-19 masih berlangsung. Semua sektor terdampak, termasuk pendidikan.
Pola pembelajaranpun ikut menyesuaikan. Saat ini, masih dilakukan secara online. Dampak itu, dirasakan oleh orang tua. Salah satunya soal kuota internet. Mengatasi persoalan itu, Pemdes Majasari melakukan terobosan. Untuk menunjang kegiatan belajar para pelajar di desa, Pemerintah Desa (Pemdes) Majasari, Kecamatan Sliyeg membuka taman baca dan sediakan wifi selama 24 jam bagi anak-anak untuk mengikuti pembelajaran secara daring (online).
Sejak pagi, anak-anak dari berbagai usia datang ke kantor desa untuk membaca buku-buku koleksi perpustakaan desa. Di saat waktu luang mengikuti proses belajar secara daring oleh sekolahnya.
Sekertaris Desa (Sekdes) Majasari, Raskam mengatakan, kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sudah lebih dari setahun berjalan, menjadi perhatian bagi pemerintah desa, terutama dalam hal fasilitas jaringan internet. “Pemdes menyediakan sarana wifi bertempat di lingkungan desa selama 24 jam, yang dapat digunakan masyarakat yang masih berstatus pelajar agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring (online),” tuturnya.
Sebenarnya, lanjut Raskam, untuk perpustakaan desa sudah dibuka sejak lama untuk menunjang literasi masyarakat desa khususnya bagi anak-anak, remaja, yang statusnya pelajar, dan mahasiswa. “Semua kalangan bisa membaca dan bisa meminjam berbagai buku bacaan yang tersedia pada perpustakaan desa,” ucap Raskam.
Namun, lanjut Raskam, semenjak adanya wabah pandemi virus corona (Covid-19), pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka, dan mengganti dengan KBM secara pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara daring (online) dari SD sampai perguruan tinggi. Sejak itu, lanjutnya, timbul permasalahan sosial di masyarakat terkait sarana fasilitas penunjang anak-anaknya agar dapat mengikuti pembelajaran secara daring.
“Ada yang tidak punya handphone (HP) berbasis android, sampai ada punya HP tapi untuk kuota internetnya tidak ada,” ujarnya.