GAVI adalah sebuah aliansi vaksin internasional yang menyediakan vaksin gratis bagi negara-negara yang memenuhi syarat. “Yang bermasalah pertama kali adalah COVAC/GAVI karena adanya embargo dari India, suplai vaksin Astrazeneca paling besar dari India sehingga mengalami hambatan,” katanya.
Kemudian, terkait vaksin Astrazeneca dengan mekanisme bilateral pun berubah. “Informasi terakhir yang kami terima dari Astrazeneca, yang tadinya rencananya semuanya dilakukan di 2021, mereka menyampaikan bahwa hanya bisa 20 juta vaksin di 2021 dan diundurkan 30 juta vaksin pada 2022,” katanya.
Di dalam negeri, jumlah guru dan tenaga pendidikan yang telah divaksin baru 746.896 orang. Sementara total guru dan tenaga pendidik yang masuk program vaksinasi sebanyak 5,5 juta orang.
Dirjen PAUD Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Jumeri mengatakan sebanyak 746.896 guru dan tenaga pendidikan telah mendapatkan vaksin dosis pertama. Sementara yang sudah lengkap dosis pertama dan kedua berjumlah 284.689 orang. “Sementara yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua sebanyak 284.689 guru dan tenaga kependidikan,” ujarnya, Kamis (8/4).
Disadarinya, vaksinasi dilakukan secara bergelombang dan tidak bisa dilakukan secara tepat. Sebab vaksinasi tergantung pada penyediaan vaksin. “Padahal pemerintah menargetkan 5,5 juta pendidik dan tenaga kependidikan mendapatkan vaksinasi hingga akhir Juni,” katanya.
Meski demikian, pihaknya mengapresiasi usaha yang dilakukan Kementerian Kesehatan yang terus membantu guru dan tenaga kependidikan mendapatkan vaksinasi. Diketahui, berdasarkan SKB Empat Menteri terkait pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas disebutkan bahwa sekolah yang pendidik dan tenaga kependidikannya mendapatkan vaksinasi diwajibkan menyediakan opsi PTM terbatas, disamping layanan pendidikan jarak jauh. “Apakah anaknya diizinkan atau tidak untuk mengikuti PTM terbatas, tergantung pada orang tua,” katanya. (gw/fin)