CIREBON- Rapat teknis Bus Rapid Trans (BRT) jelang soft launching 12 April kembali dilakukan kemarin. Rapat yang terselenggara di Balai Kota Cirebon itu juga menyepakati penggantian penyebutan BRT menjadi Trans Cirebon. Karena dianggap lebih lokal dan tidak menghilangkan nama Cirebon sebagai ikon bus hibah pemerintah pusat tersebut.
PT Bina Inti Global (BIG), PD Pembangunan, Organisasi Angkutan Darat (Organda) hadir dalam kesempatan itu. Termasuk Dishub Kabupaten dan Kota Cirebon, Polres Cirebon Kota, Polresta Cirebon, dan Kabag Perekonomian Kabupaten Cirebon Dedi Samanhudi selaku utusan Bupati Cirebon untuk mewakili pertemuan.
Kepala Dishub Kota Cirebon Andi Armawan menegaskan kalau 12 April nanti lebih tepat disebut soft launching. Bukan launching. Karena mempertimbangkan seluruh aspek pendukung yang diakui belum sepenuhnya terpenuhi. Misalnya soal 8 tempat pemberhentian bus atau halte yang semi permanen. Titik koordinat halte belum ditentukan.
Sebanyak 4 halte di Kabupaten Cirebon dan 4 sisanya di Kota Cirebon. Termasuk menyoal petugas layanan bus (PLB) yang ada sopir di dalamnya belum seluruhnya direkrut. Seleksi eks sopir angkot saat ini masih terus dilakukan.
Terhitung saat soft launching tanggal 12 April mendatang Pemda Kota Cirebon sepakat untuk menggratiskan penumpang yang ingin merasakan sensasi menaiki bus aksen putih-biru. Gratis selama 2 minggu. Soft launching itu akan terlebih dulu melintas rute pertama atau dalam kota.
Andi Armawan ingin ada efek pendukung saat bus tesebut sudah beroperasi. Salah satu yang harus dilaksanakan menurut mantan kepala Satpol PP Kota Cirebon itu adalah pembayaran non tunai. Layaknya e-toll. Menyoal tarif juga belum sepenuhnya tuntas. Dikatakan Andi, kesepakatan tarif akan dilakukan PT BIG dengan PD Pembangunan melalui perjanjian kerjasama usaha terkait pembayaran.
Dalam forum rapat kemarin juga semua sepakat kalau bus ini tak melenceng dari peruntukannya. Sesuai nama Bus Rapid Transit diharapkan dan ditekankan bus ini jangan berhenti sembarangan. Hanya boleh berhenti –mengangkut dan menurunkan penumpang di 8 halte itu. Training terhadap PLB juga ditekankan kadishub. Agar mereka tertib. Meminimalisasi risiko gesekan dengan angkutan yang sudah ada selama ini.