Sejak start saya sengaja mendownload game Asphalt 9 di Play Store. Besarnya 2,1 GB. Dengan maksud untuk menguji kecepatan internet yang ditawarkan sopir tadi. Selama perjalanan dan kembali ke titik awal, sudah 85 persen file terunduh. Atau sekitar 1,7 GB yang berhasil diperoleh. Tanpa menggunakan atau menjalankan aplikasi lain.
Sejak berangkat dan kembali saya hanya seorang diri. Selama perjalanan dan singgah di 6 halte lain tak ada masyarakat yang ikut naik. Dedi sadar kalau BRT masih dalam sosialsiasi. Belum semua masyarakat mengetahui. Perdana mengaspal, Dedi sedikit-banyak merasakan pengalaman baru mengemudikan bus kapasitas 30 penumpang tersebut. Salah satu yang dikhawatirkan adalah adanya gesekan dengan angkutan umum lain yang sudah lebih dulu ada.
Beberapa catatan juga disampaikan. Seperti jumlah halte yang terlalu sedikit. Halte di depan PLT Jl Berigjen Dharsono baru tersambung ke halte berikutnya di Jl Kapt Samadikun. Tepatnya di depan Kecamatan Kejaksan. “Itu kan terlalu jauh jaraknya. Memang masih tahap awal. Tak menutup kemungkinan masih ada tambahan atau perubahan posisi halte,” jelasnya.
Kemudian halte di depan Dealer Suzuki atau pertigaan tiga berlian Kalijaga. Dedi menambahkan, kalau letak halte tidak representatif. Cenderung rawan. Membahayakan. Karena posisi halte yang sangat dekat dengan tikungan menuju Jl A Yani. “Sopir ngga bisa ambil ancang-ancang atau memperkirakan ketika ingin belok ke Jl A Yani,” lanjut Dedi.
Fasilitas bus cukup membuat nyaman. Dilengkap air conditioner (AC). Disediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Di sisi kiri-kanan bus juga terlihat panduan tanggap darurat bus BRT medium. Kemudian ada 4 unit alat pemecah kaca darurat. Juga ada tisu. Tiap kursi dilengkapi sabuk pengaman. Tak kalah modern dengan adanya CCTV.
Kalau tidak sungkan, penumpang juga bisa request lagu yang ingin diputar. Ya, karena bus ini sudah dilengkap speaker pada tiap sudutnya. “Tadi ada mahasiswa yang betah sambil mengerjakan tugas kuliah. Dan request kalau bus ini bisa melintas jalan lain,” ujar Wanto, kondektur bus.
Bus berjalan dengan kecepatan rata-rata 40-50 kilometer per jam. Dikatakan Wanto, waktu umum tempuh bus yang tercatat antara 1 jam hingga 1 jam 20 menit. Tentu tergantung benyaknya penumpang di tiap haltenya. “Selain di halte Dukuh Semar, kita diberi waktu 1-2 menit untuk berhenti. Kalau ramai ya bisa sampai 5 menit,” ungkapnya.