Selain bros, ia juga menghadirkan kalung etnik berbahan kain tenun nusantara maupun kain batik megamendung khas Cirebon yang dikombinasikan dengan batu alam maupun batu jade (giok). Sedangkan material yang digunakan untuk gelang maupun konektor masker sebagian besar menggunakan bahan mutiara air tawar, batu hexagone, batu agate maupun kristal dengan variasi Dubai Beads, Nepal Beads, maupun manik kaca tradisional.
“Dengan material khusus ini, tentu tampilan akan semakin mempesona dan menambah rasa tampil percaya diri saat memakainya,” ujarnya. Hingga saat ini ia menjualnya secara online atau bisa ditemukan saat berkunjung ke Keraton Kacirebonan.
Ia membanderol beragam aksesori tersebut. Mulai dari Rp450 ribu hingga termahal Rp1 juta. Peminatnya pun sudah dari berbagai luar kota dan negeri. Ke depan dengan sambutan baik ini, pihaknya berharap bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Dan, tentunya bisa mengedukasi kearifan lokal dan kekayaan budaya lewat kreasinya ini. “Ke depan saya juga akan membuat semakin banyak bros dan kalung etnik yang menghadirkan kekhasan Cirebon lebih kental. Ini juga merupakan bagian dari peran kaum perempuan dalam memajukan daerah,” tukasnya. (*)