Musibah tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402 di perairan Bali membawa duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Ke depan, harus memulai modernisasi alutsista (alat utama sistem senjata). Penjagaan teritorial disesuaikan dengan perubahan zaman. Harus memiliki peralatan canggih.
ABDULLAH, Cirebon“YANG pertama, Indonesia berduka atas musibah ini. Semoga (para awak KRI Nanggala 402, red) menjadi syuhada karena mereka berjuang dalam tugas dan mengalami musibah,” kata Angggota Komisi I DPR RI Fadli Zon di sela-sela kegiatan buka puasa bersama di Rumah Dinas Ketua DPRD Kota Cirebon Affiati, Senin (26/4).
Politikus Gerindra itu mengatakan tenggelamnya KRI Nanggala 402 pertanda negara Indonesia harus memulai modernisasi alutsista. Penjagaan teritorial ke depan, kata Fadli Zon, harus disesuaikan dengan perkembangan zaman hari ini. Yakni harus memiliki peralatan canggih. “Maka saatnya membuat prioritas modernisasi alutsista,” terangnya.
Ia mencontohkan seperti di udara, di mana sekarang ada drone pesawat tanpa awak. Bahkan itu bisa mengecek laut. Maka, lanjutnya, perlu menciptakan peralatan seperti itu untuk meminimalisasi risiko. “Meminimalisasi risiko dan kecanggihannya lebih bagus. Pak Prabowo saat ini sudah mulai melakukan itu. Bahkan roadmap sudah jelas karena memang ahli di bidangnya. Negara butuh keahlian itu dan kita optimis postur pertahanan semakin kuat,” katanya.
Dirinya juga mengapresiasi masyarakat yang menginisiasi donasi atau menghimpun dana untuk membeli kapal selam. Gerakan itu tentu saja sebagai bentuk simpati atas peristiwa yang terjadi hari ini. Gotong-royong membeli alutsista dulu juga pernah dilakukan. “Seperti dilakukan masyarakat Aceh atau Sumatera Barat. Dulu pernah patungan membeli pesawat. Pesan itu (upaya donasi) harus ada perhatian. Semua tentu bermuara pada upaya menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya.
Masih pada kesempatan itu, Fadli Zon juga menyinggung kejadian tertembaknya Kepala BIN Papua atau Kabinda Papua Brigjen Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya. “Kita turut berduka cita atas meninggalnya Kabinda Papupa. Dan ini adalah peristiwa besar. Jangan anggap enteng,” terangnya.
Fadli menegaskan, para pelaku merupakan kelompok separatis. Ia mengatakan sudah tak tepat lagi menggunakan istilah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Lebih tepat disebut kelompok separatis. Dan, sambungnya, yang terdepan dalam menumpas para separatis ini adalah TNI. “Kalau KKB itu untuk peristiwa sipil biasa dan yang di depan polisi. Kalau separatis maka itu wilayahnya TNI,” tegasnya. (*)