Sementara itu, kondisi serupa juga terjadi di SMA Kristen Penabur Cirebon. Hingga saat ini masih harus melakukan pembelajaran secara online. Guru-guru melakukan kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin dengan tatap muka maya melalui platform zoom. Hal tersebut dilakukan agar interaksi dengan siswa terus berlangsung secara baik. Sehingga para siswa siswi berpeluang untuk melakukan tanya-jawab dengan guru-guru.
Menurut Kepala SMA Kristen Penabur Cirebon, Gunawan SSi, SMA Kristen Penabur Cirebon menerapkan standar yang sama dengan sekolah tatap muka. Sehingga, tidak ada kurikulum yang dikurangi dan kompetesi minimal yang harus dikuasai siswa tetap diperhatikan. Hal itu dengan alasan bahwa nantinya pada saat kuliah anak-anak akan dituntut hal serupa. “Kami selama ini masih PJJ dengan menerapkan standar yang sama dengan sekolah tatap muka,” ujar Gunawan saat dihubungi Radar Cirebon, kemarin.
Rencananya SMAK Penabur Cirebon akan memulai KBM tatap muka pada bulan Juli nanti. Namun, hingga saat ini rencana tersebut masih belum dapat dipastikan karena sangat tergantung dengan situasi dan perkembangan pandemi yang berubah sangat cepat.
Namun, SMAK Penabur tetap mempersiapkan semua teknis yang diperlukan. Syarat seperti izin pemerintah daerah terkait yakni Pemprov Jawa Barat dan juga tenaga kependidikan yang sudah harus divaksin telah dipenuhi SMAK Penabur Cirebon. Serta sudah disurvei oleh dinas terkait mengenai kesiapan dari pembelajaran tatap muka.
Hanya tinggal menunggu keputusan resmi dari BPK Penabur pusat dan juga izin dari orang tua yang masih ragu tentang KBM tatap muka. Gunawan menambahkan, ke depannya SMAK Penabur Cirebon akan menggunakan blended learning dengan pembelajaran secara tatap muka dan daring dalam satu waktu.
Hal tersebut, lanjut Gunawan, dilaksanakan sebagai bentuk pelayanan kepada orang tua yang sudah mengizinkan dan belum mengizinkan siswa. Sehingga, semuanya disesuaikan kembali kepada keputusan orang tua masing-masing. “Kami akan coba blended learning ke depannya. Hingga saat ini juga kami terus melakukan uji coba dan terus merancang metode belajar tersebut,” pungkas Gunawan.
Sementara itu, Sekolah Kristen Terang Bangsa untuk jenjang SMA juga masih melakukan pembelajaran secara online. Paulus Gunawan ST, Kepala SMA Terang Bangsa Cirebon mengungkapkan bahwa sekolah tidak berani mengambil risiko. Karena kalau ada yang terpapar Covid-19 maka langsung ditutup. Sehingga, sekolah harus bertanggung jawab dengan pengambilan keputusan tersebut.