Sekitar 100 meter, ada Taman Kebumen yang lebih luas. Taman ini belum dibuka untuk umum. Tinggal tunggu finishing. Sekelilingnya masih dipagar seng. Setinggi hampir 2 meter. Tak ada aktivitas di dalam. Namun beberapa kontruksi terlihat teratur. Seperti paving block untuk akses jalan. Serta akses cat yang membuat semakin berwarna.
Kepala UPT Pertamanan dan Pemakanan DPRKP Kota Cirebon Tommy Fahlevianto mengatakan, Kota Cirebon memiliki 47 taman. Semua dilakukan pemeliharaan rutin tiap hari. Meliputi kebersihan, penataan dan pemangkasan tanaman.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah personel yang terbatas. Sehingga seluruh taman tak bisa tersentuh tiap hari. Meski personel yang dibagi 3 regu itu telah bekerja tiap hari. Karena saking banyaknya jumlah taman yang ada. Para personel itu ada yang bertugas malam hari. Khusus penyiraman. Dan mereka siaga. Sementara yang bertanggungjawab terhadap pohon tumbang, tak harus di taman, ada 8 orang.
“Pokoknya tim setiap hari keliling. Sekarang kita lagi menyusuri Jalan Cipto. Karena memang sudah beberapa lama kita tidak pernah melakukan pemangkasan karena keterbatasan sarana,” ungkapnya kepada Radar Cirebon kemarin.
Sarana itu adalah crane atau mesin yang digunakan untuk mengangkat benda secara horizontal. Kota Cirebon baru punya akhir tahun kemarin. Baru pada Januari awal tahun ini pemangkasan diefektifkan.
Untuk pohon di area taman, katanya, hanya ada beberapa pohon yang menjulang tinggi. Lebih banyak pohon tinggi itu ada di trotoar. Saat penyiraman DPRKP dibantu oleh PDAM. Fokus penyiraman ada di jalan utama.
TAMAN TAPI EMAN
Eman-eman punya banyak taman. Kalau cuma buat jadi pajangan. Tak banyak dilirik. Apalagi dikunjungi. Justru sudah seperti milik pribadi. Dibangun lapak dagangan hingga tidur-buang air kecil sembarangan. Taman tapi eman.
Sedikitnya ada 47 taman yang ada di Kota Cirebon. Banyak taman seharusnya semakin bikin bahagia warga. Tapi belum tentu juga. Kalau taman itu hanya sebatas ruang terbuka yang selalu berusaha dihijaukan. Tanpa ada tata kelola yang baik. Yang maksimal. Alasan selalu terbentur anggaran.
Sehingga jangankan untuk dikunjungi. Dilihat saja kadang risih. Mau tidak dilihat tapi lokasinya mayoritas di persimpangan jalan. Taman kok sudah seperti milik pribadi. Jadi tempat tidur dan toilet sementara seperti yang terlihat di Taman Wahana Tata Nugraha depan Terminal Harjamukti Rabu (19/5).