SMAN 1 Cirebon menggelar simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di kelas kemarin (24/5). Siswa, guru, TU, hingga penjaga sekolah hadir mengikuti simulasi tersebut. Ini merupakan langkah persiapan untuk membuka PTM pada Juli mendatang.
Kepala SMAN 1 Cirebon Dr Nendi SPd MM mengatakan simulasi dilakukan setelah pihaknya menggelar rapat dengan Komite Sekolah dan mengusulkan ke Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah X Jawa Barat serta Dinkes Kota Cirebon sekaligus koordinasi dengan Satgas Covid-19.
Terkait teknis simulasi pembelajaran tatap muka, Nendi menjelaskan, siswa masuk ke sekolah melalui akses khusus masuk, begitupun keluar sekolah. Ada empat tempat cuci tangan serta petunjuk dan rute. Saat masa jam belajar, mereka dilarang tukar-menukar alat tulis dan sejenisnya.
Pada adaptasi kebiasaan baru di sekolah, kantin tidak boleh beroperasi. Siswa bawa makan sendiri. Tidak ada jam istirahat. Masuk pukul 08.00 sampai waktu duhur. “Mudah-mudahan semua berjalan lancar sesuai harapan kita semua,” kata Nendi.
Terpisah, Kasi GTK Disdik Kota Cirebon Toto Haryanto SPd MM mengungkapkan bahwa Walikota Nashrudin Azis dan jajaran Dinas Pendidikan bersepakat bahwa hukum tetinggi dalam pelayanan pendidikan adalah kesehatan dan keselamatan siswa dan guru-guru ketika zona merah. “Pak Wali dan Disdik bersepakat bahwa hukum tertinggi dalam pelayanan pendidikan adalah pelayanan kesehatan anak-anak dan guru,” ujar Toto kepada Radar.
Selain itu, Dinas Pendidikan Kota Cirebon juga tetap memberikan semangat dan dukungan kepada semua sekolah yang akan mempersiapkan PTM awal Juli mendatang. Meskipun, keputusan dibukanya sekolah kembali tergantung kepada walikota. “Kami Disdik terus meminta sekolah mempersiapkan PTM walaupun belum pasti. Kami meminta sesuai juknis yang dikeluarkan. Sehingga sekolah bisa memenuhi syarat dan memproses permohonan. Rencananya paling lambat 3 Juni 2021 mereka menyerahkan proposal PTM,” tambah Toto, kemarin.
Ia juga menyampaikan bahwa pasca penetapan zona merah, Dinas Pendidikan Kota Cirebon meminta untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan pemberlakuan protokol Kesehatan. Selain itu, guru-guru juga tetap mengikuti program WFH (work from home) dan WFO (work from office) yang sudah dilakukan. Bagi mereka yang WFO akan diminta mempersiapkan PTM sesuai dengan juknis. “Kalau guru-guru kan tidak ada siswa. Jadi tetap ada program WFH dan WFO. WFO itu digunakan untuk persiapan PTM sesuai juknis,” katanya.