Justru UEFA lah yang menetapkan syarat ketat. Protokol kesehatan dinomorsatukan, dengan efek paling nyata yaitu tingkat okupansi kursi di stadion yang sengaja dibatasi hingga maksimal 40 persen saja. Tapi ini tak akan menyurutkan euforia, jaringan televisi pun ternyata sudah komitmen menanyangkan 51 pertandingan.
Lebih menggairahkan lagi, hampir 600 pemain profesional dari 24 negara, yang hampir selama dua tahun terakhir kehilangan atmosfer stadion. Kini, mereka sesungguhnya butuh gemuruh nyata, bukan sekadar sorakan virtual dari pengeras suara.
Ada dua skenario akhir dari kompetisi ini. Akankah Euro 2020 berpotensi gagal, dibubarkan karena mencipatakan kluster raksasa penyebaran virus Corona? Atau justru malah Euro 2020 ini menjadi tolok ukur atau preseden positif untuk memastikan “kemenangan” sepak bola atas Covid-19. Anda pegang mana? (*)
Pegang Mana, Bola atau Covid?
