SEJATINYA, pertengahan bulan Juni adalah jadwal keberangkatan jamaah haji asal Indonesia ke tanah suci. Namun sayangnya, pandemi Covid-19 membuat pelaksanaan ibadah haji dilakukan pembatasan secara ketat. Jamaah haji asal Indonesia bahkan harus kembali menunda pelaksanaan rukun Islam ke lima itu tahun depan.
Hal ini berdampak pula terhadap omzet penjualan oleh-oleh haji dan umrah yang biasanya meraup untung. Selain dikenal sebagai kampung Arab, kawasan Panjunan juga dikenal sebagai sentra oleh-oleh haji dan umrah. Banyak toko yang menjajakan produk asal timur tengah seperti air zamzam, kurma, kacang, kismis, tasbih, pakaian gamis, peci hingga sajadah.
Namun, penundaan pelaksanaan haji bagi jamaah haji asal Indonesia membuat penjualan oleh-oleh dan perlengkapan haji dan umrah merosot. Salah seorang pedagang di salah satu toko khas pernak-pernik haji, Bagir, mengatakan, penundaan ibadah haji dan umrah telah membuat penurunan omzet dagangannya. Selama setahun lebih, toko oleh-oleh ibadah haji dan umrah terimbas pandemi Covid-19.
“Pasti semuanya terdampak. Termasuk ke kita, pedagang oleh-oleh haji dan umrah,” ungkapnya.
Ya, setahun lebih dihantam pandemi membuat mereka berharap bahwa tahun ini kondisinya lebih baik. Namun dengan dibatalkanya kembali pemberangkatan calon jamaah haji ke Indonesia, membuat asa mereka kembali redup.
Pedagang lainnya, Latifah, mengaku mengalami penurunan hingga lebih dari 70 persen. “Kalau dibandingkan dengan sebelum pandemi, beda banget. Dulu masih ramai. Sebelum berangkat bahkan ada jamaah yang sudah memesan duluan. Pesanya juga banyak karena buat dibagi bagikan untuk saudara-saudaranya” ungkap Latifah.
Namun demikian, ia mengaku, sehari-hari ada saja pembeli yang datang. Hal tersebut membuatnya memutuskan untuk tetap membuka toko. Pembeli biasanya membeli produk produk kesehatan seperti madu dan habbatussaudah. Selain itu, banyak juga yang beralih membeli beras mati atau basmati, beras yang berasal dari wilayah India/Pakistan yang banyak digunakan untuk masakan khas Timur Tengah.
“Kalau untuk baju-baju atau minyak wangi sih masih tetap ada. Kurma juga masih lumayan,” jelasnya.
Sebagian besar produk yang dijual di tokonya, seperti kurma, kismis, dan sebagainya, diimpor langsung dari Arab Saudi dan beberapa negara timur tengah lainnya. Sementara untuk peci dan gamis beberapa diambil dari produsen lokal.