“Untuk cuci tangan, siswa juga sudah kami siapkan. Mulai dari area luar sampai area di dalam, kami sudah siapkan. Jadi kalau memang awal tahun ajaran baru ini PTM dilaksanakan, maka kami siap,” ungkapnya, kemarin.
Selain itu, pihaknya juga telah menyusun kurikulum pembelajaran, seperti pembagian jadwal sesuai dengan petunjuk pemerintah. Di mana, pelaksanaan PTM tidak boleh lebih dari dua hari dalam sepekan, dan kegiatan maksimal hanya boleh dua jam setiap pertemuan, dengan kapasitas siswa 25 persen per kelas.
Karena, seperti diketahui, penyebaran Covid-19 yang begitu cepat membuat semua orang harus melakukan jaga jarak dan mencegah kerumunan.
“Sebenenarnya, dengan 2 jam setiap pertemuan dengan 2 hari dalam seminggu itu, dianggapnya kurang. Tapi kami bisa memaklumi karena pertimbangan pemerintah itu menyangkut kekhawatiran terjadinya penyebaran di kluster sekolah. Apalagi dengan adanya varian baru Covid-19,” bebernya.
Selain itu, lanjutnya, proses vaksinasi terhadap tenaga pendidik dan kependidikan di SMPN 11 sudah dilakukan hampir terhadap seluruhnya. Tinggal beberapa orang saja yang belum melakukan vaksinasi tahap kedua dengan alasan kondisi kesehatan.
Berdasarkan survei internal yang dilakukannya kepada para orang tua siswa, 90 persen lebih orang tua siswa menghendaki dibukanya kembali PTM langsung di sekolah. Kendati demikian, pihaknya mengaku harus menunggu rekomendasi pemerintah, yakni Dinas Pendidikan dan juga Satgas Penanganan Covid-19 Kota Cirebon.
“Kalaupun PTM diterapkan, Insya Allah kami sudah siap dari segi penyediaan fasilitas penunjang. Tinggal bagaimana instruksi dan rekomendasi dari pemerintah saja,” lanjutnya.
Sasongko mengatakan, sampai saat ini, pihaknya masih menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ). Siswa datang ke sekolah hanya untuk keperluan administrasi. Itu pun dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. (jerrell/awr)