KEJAKSAN – Tingginya penularan Covid-19 membuat semua lini nyaris lumpuh. Bahkan pembangunan di Kota Cirebon terhambat karena anggarannya dialokasikan penanganan Covid-19. Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis SH didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Agus Mulyadi MSi ingin pembangunan dilaksanakan. Hanya saja, karena Covid-19, pemerintah daerah memprioritaskan kesehatan.
Kondisi ini, menurut walikota, akan ada refocusing lanjutan untuk penanggulangan kesehatan. “Mungkin pilihan pahit, tapi harus kita terima sebagai obat,” ujar Azis, kemarin, usai Wakil Walikota Cirebon Hj Eti Herawati dinyatakan positif Covid-19.
Pihaknya memilih menjaga keselamatan dan kesehatan warga Kota Cirebon. “Bukan berarti kami tidak mau membangun. Tapi membangun kesehatan hukumnya wajib. Dan ini pilihan yang menyakitkan bagi pemkot. Visi misi kami menjadi terganggu. Kami harap masyarakat mendukung langkah pemerintah,” harapnya.
Menurut Azis, RSD Gunung Jati (RSDGJ) akan dijadikan pusat penanganan Covid-19. Saat ini sedang diupayakan penambahan 66 bed, untuk perawatan pasien Covid-19. Dua gedung disiapkan, yakni eks IGD dan lantai 2 IGD terpadu.
Dirinya berpesan agar RSD Gunung Jati tidak boleh menutup pelayanan. Karena, rumah sakit daerah adalah rumah sakit rujukan yang menjadi harapan bisa menolong warga. “Jadi, apa adanya akan kita layani. Kalau ada pasien yang komplain akibat pelayanan tidak maksimal, memang seperti ini keadaannya,” tegas Azis.
Ketika nanti RSDGJ jadi pusat penanganan Covid-19, total ada 423 bed. Apalagi peralatan di RSDGJ paling lengkap. “Perlu menyiapkan ruangan lebih. Sedangkan RSDGJ juga memberikan pelayanan pasien umum. Ini sedang kita rancang idealnya seperti apa,” tutur dia.
Pihaknya belum memutuskan RSDGJ jadi pusat pelayanan Covid-19. Tapi saat ini sedang menuju kesana, sampai kondisi terburuk. “Kuncinya PPKM, apalagi positive rate sekarang di Kota Cirebon mencapai 55 persen. Maka dari itu, peran masyarakat meminimalisir penularan adalah dengan menjalankan prokes. Harus disiplin. Kita semua harus sadar, tidak bisa semua upaya dilakukan pemerintah,” jelasnya.
Penularan Covid-19, lanjut Azis, paling banyak dari droplet ngobrol, salaman, memegang mulut serta wajah. “Tanpa gotong royong, tidak bisa tertangani. Pihak pengusaha juga butuh perannya. Harus tutup pukul 20.00 dan take away. Pengusaha harus berperan,” pesannya.