Meski 1.000 persen ia kembali menyebut sama sekali tidak ada persoalan di internal Partai Gerindra, namun menurutnya sekarang ini ada sedikit perbedaan pemikiran berkaitan dengan keputusan partai dengan apa yang Ia harapkan (mundur).
Lalu apa yang akan dilakukan Deki setelah keluar dari Parlemen? Apakah kembali menjadi aktivis, bisnis, atau bagaimana? Deki dengan sedikit tertawa mengharapkan semuanya bisa dilakukan pasca keluar dari gedung parlemen.
“Rencana saya, saya mencoba mengonsolidasi ulang apa yang sudah terjadi selama ini. Saya melakukan perenungan ulang, kontemplasi atau apa. Tapi jujur, rencana-rencana itu ada,” ucapnya.
Bagaimana menanggapi pihak-pihak luar yang mungkin saja memprediksi dirinya ketika keluar parlemen akan menyerang kebijakan-kebijakan pemerintah? Ia mempersilakan siapa pun menafsirkan atas apa yang akan dirinya lakukan ke depan.
“Bisa saja iya begitu dan bisa saja tidak. Tapi tentu saya juga punya rencana, punya planing. Yang jelas saya tidak akan berhenti untuk terus berjuang,” tegasnya lagi.
Yang mengejutkan, Deki mengaku sejak awal menjadi anggota dewan, tepatnya sekitar 4 bulan setelah dilantik, dirinya sempat menghadap Ketua DPC Gerindra H Dede Ismail untuk curhat (dirinya berencana akan mundur dari anggota dewan). Akan tetapi curhatannya itu masih bisa ditepis dengan argumentasi-argumentasi tertentu dari Ketua Partai Gerindra.
“Jadi, dulu sempat (ingin mengundurkan diri, red), tapi itu hanya curhatan-curhatan anggota ke ketua, melihat konstelasi yang ada,” sebutnya.
Meski demikian, sampai saat ini Ia masih menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan hingga nanti ada keputusan pemberhentiannya secara resmi dari pihak berwenang. Kenapa begitu? Karena Ia berusaha menjadi kader yang baik dan yang tunduk dan patuh terhadap keputusan partai. Sehingga dirinya harus menyelesaikan dulu administrasi di dalam internal partai.
Sebetulnya, lanjut Deki, banyak yang menjadi harapan, keniscayaan, dan cita-cita masyarakat. Kehadirannya di gedung DPRD merupakan salah satu puncak pencapaian untuk kesejahteraan rakyat. Ia merasa sampai saat ini belum bisa melaksanakan pencapaian tersebut.
“Jadi, silakan teman-teman di ruang publik mau berpikir seperti apa (tentang dirinya). Tapi saya punya prinsip sendiri, saya punya pertimbangan sendiri, saya punya pemikiran dan rencana sendiri. Apakah memang untuk berbuat dalam terwujudnya kesejahteraan rakyat itu harus jadi anggota DPRD? Kan itu juga jadi pertanyaan yang mendasar. Meskipun secara konstitusional terkait kebijakan pemerintah, tentu kalau menjadi anggota dewan lebih strategis untuk memperjuangkan secara konstitusi, karena memang ada tupoksi yang melekat sebagai anggota DPRD,” tutur Deki.