“Kalau sudah bicara mengenai mana yang sah, itu rumitnya minta ampun. Karena memang secara umum tidak ada aturan tertulis tentang pepakem suksesi raja-raja di keraton-keraton,” kata pemerhati sejarah Cirebon Abidin Aslich, kemarin (25/8).==================YA, polemik Keraton Kasepuhan ini dianggap sebagai persoalan yang pelik. Sulit diselesaikan karena memang tidak ada aturan tertulis tentang pepakem suksesi raja-raja di keraton. Tapi bukan berarti tidak ada solusi. Bisa beres asalkan para pihak mau duduk bersama.
Tapi apakah bisa selesai? Dikatakan Abidin, polemik di Kasepuhan bisa saja selesai. Kalau para pihak yang berbeda prinsip dan pendapat mau duduk bareng memecahkan kebuntuan dengan hati dan kepala dingin. “Pertanyaannya, apakah mereka punya kemauan untuk duduk bareng?,” tanya Abidin Aslich.
Bicara solusi atau jalan keluar, imbuh dia, sangat-sangat tidak mudah. Karena dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, sambung Abidin, konflik di internal keraton sulit padam dalam waktu singkat. “Sudah banyak contohnya. Yaitu Solo, Yogyakarta hari-hari ini, kemudian Keraton Kanoman,” terangnya.
Ditanya bagaimana seharusnya pemerintah bertindak, jawabnya, dalam hal ada konflik di internal keraton, maka pemerintah senantiasa menganut prinsip tidak turut campur tangan dan tidak berpihak siapapun. “Singkatnya, monggo selesaikan secara internal,” tandas Abidin Aslich.
Kapan kira-kira saatnya pemerintah bisa bertindak? Pertama, katanya, ketika sudah mulai ada ancaman terhadap keselamatan orang-orang yang bertikai. Siapapun dan dari pihak manapun. Dan itu juga, kata Abidin, ranah aparat keamanan. Pemerintah akan bertindak ketika ada ancaman perusakan terhadap properti keraton sebagai cagar budaya.
“Kemudian kalau para pihak yang berkonflik sepakat meminta pemerintah sebagai penengah atau mediator. Di luar ketiga faktor itu, pemerintah tak bisa melibatkan diri dalam konflik internal keratin,” terang Abidin.
BOM WAKTU DI MASA LALU
Abidin Aslich menilai apa yang terjadi di Keraton Kasepuhan sekarang adalah bom waktu yang baru meledak. Kericuhan sekarang, katanya, sangat berkaitan dengan sejarah di masa lampau Keraton Kasepuhan.
Sekurang-kurangnya sejak terbunuhnya Sultan Sepuh V, yang dikenal sebagi Sultan Matangaji. Yang kemudian digantikan oleh pamannya dari pihak ibu sebagai Sultan Sepuh VI. “Sejak itulah kerabat Sultan Matangaji menaruh ketidakpuasan terhadap keturunan Sultan Sepuh VI hingga hari ini,” katanya, kemarin.