Sementara itu, untuk siswa kelas VII dan VIII, di hari pertama itu masih diberlakukan pembelajaran jarak jauh dari rumah. Pihaknya telah menjadwalkan penggantian jadwal bagi masing masing kelas. “Jadi hari Senin dan Selasa untuk kelas IX. Kemudian hari Rabu dan Kamis untuk kelas VII. Hari Jumat dan Senin untuk kelas VII. Jadi harinya terus bergulir untuk masing-masing kelas. Supaya baju seragam yang sudah dibeli bisa dipakai semua,” ungkapnya.
Selain itu, untuk menghindari penularan Covid-19, pihak sekolah juga menyarankan kepada para orang tua untuk mengantar dan menjemput anaknya. Penggunaan angkutan umum, apalagi yang tidak menerapkan protokol kesehatan, sangat tak disarankan.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kota Cirebon Lilik Agus Darmawan mengungkapkan bahwa pada hari pertama PTM Terbatas terdapat beberapa hal yang dievaluasi oleh jajaran Pemkot Cirebon dan Gugus Tugas Covid-19 Kota Cirebon. Misalnya pada kapasitas maksimal siswa di kelas.
“Alhamdulilah kita bisa melakukan PTM Terbatas pada hari pertama dan barusan dikunjungi Pak Sekda. Kita hari pertama gunakan 50 persen, sudah diajukan ke dinas dan disetujui. Tapi Pak Sekda mengusulkan ditinjau kembali. Nanti 50 persen akan kita shifting dengan jeda. Ada beberapa yang belum masuk juga karena sakit,” terang Lilik.
Terpisah, Kepala SMAN 1 Kota Cirebon DR Nendi SPd MM mengapresiasi Gugus Tugas Covid-19 Pemkot Cirebon yang akhirnya memberikan izin PTM Terbatas. “Dan kami SMA Negeri 1 hari pertama mulai menerapkan PTM dengan kapasitas setiap kelas 50 persen dikurangi anak yang tidak diizinkan orang tua dan masih menginginkan PJJ dengan berbagai alas an,” kata Nendi kepada Radar Cirebon.
Sebelum masuk kelas, setiap siswa harus melewati skrining suhu. Jika suhu tubuh di atas 37 derajat celcius, maka siswa akan diarahkan ke gazebo dan tidak diizinkan masuk kelas. “Tapi hari ini (kemarin, red) tidak ada yang suhunya di atas 37, baik guru, anak-anak, dan personel seluruhnya. Jadi skrining awal sudah lolos. Artinya aman,” tuturnya.
Siswa juga akan diarahkan untuk memasuki sekolah secara beriringan dan tidak berdempetan serta diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir yang telah disiapkan sebelum masuk ke kelas masing-masing. Ruangan yang berpendingin udara, kacanya juga dibuka lebar. “Ada petunjuk arah. Semua kelas juga ada hand sanitizer. Anak-anak tadi antusias mengikuti PTM. Apalagi setelah sekian lama tidak mengikuti PTM,” katanya.