INDRAMAYU – Pemkab Indramayu saat ini tengah membangun pusat bisnis dan pelatihan garam terintegrasi, yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat potensi garam di Indramayu yang berlimpah, namun sejauh ini belum menguntungkan para petambak garam.
“Pemerintah sedang mendorong terwujudnya pusat bisnis dan pelatihan (studi) garam nasional di Indramayu, melalui beberapa tahapan yang telah dan sedang dilaksanakan,” ujar Bupati Indramayu Hj Nina Agustina Dai Bachtiar SH MH, didampingi Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, belum lama ini.
Nina mengatakan, program strategis tersebut akan dipusatkan di kawasan pesisir Desa Tanjakan Kecamatan Krangkeng, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon.
Adapun tahapan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan pengelolaan komoditas garam dari hulu ke hilir dalam satu kawasan. Hal ini dikarenakan komoditas garam selama ini hanya menjadi komoditas hulu saja dengan nilai ekonomi yang tidak signifikan.
“Dengan model hulu-hilir ini akan mendorong peningkatan kesejahteraan petambak garam dan bisa meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah),” ujar Nina.
Pusat bisnis garam Indramayu nantinya akan mengintegrasikan berbagai kebutuhan petani seperti ketersediaan lahan, sumber daya manusia (SDM) petambak, teknologi hingga infrastruktur.
Hal itu dilakukan untuk mendukung produksi garam yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Model yang saat ini diterapkan yaitu dengan integrasi lahan minimal 15 hektare, kedepan diperluas menjadi 100 sampai 1.000 hektare per kawasan terintegrasi. Yang didukung teknologi sesuai anjutan serta sarana dan prasarana yang memadai,” ujar puteri mantan Kapolri Jenderal (Purn) Dai Bachtiar tersebut.
Nina mengatakan, untuk merealisasikan hal tersebut, pihaknya telah merevitalisasi gudang garam rakyat (GGR) dan gudang garam nasional (GGN).
GGR dengan kapasitas minimal 100 ton berfungsi sebagai collecting point (pusat penampungan garam), sedangkan GGN sebagai penampungan garam berkapasitas 2.000 ton akan sekaligus menjadi pusat pendataan produksi garam di seluruh Indramayu.
Selain di Krangkeng, lokasi lainnya yakni di Kecamatan Losarang juga dilengkapi GGR, GGN dan integrasi lahan. Sedangkan di Kecamatan Kandanghaur disiapkan GGR. “Kita juga membangun washing plant atau pabrik pengolahan garam untuk meningkatkan nilai jual dan membantu dalam menjaga stabilitas harga garam,” ujar Nina.