GEGESIK – Pemerintah Kabupaten Cirebon optimistis penyaluran subsidi pupuk melalui Kartu Tani bakal meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Selain itu, program tersebut juga berpotensi bisa mendorong kesejahteraan para petani.
Hal tersebut disampaikan Bupati Cirebon Drs H Imron MAg saat menghadiri Hari Tani Nasional ke-61 di Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, kemarin.
Saat menghadiri acara tersebut, Bupati Cirebon mendapatkan banyak keluhan dari petani. Dinataranya, terkait kesulitan petani memperoleh pupuk bersubsidi serta bantuan dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi, hingga pemerintah pusat.
“Kami mengingatkan petani agar bisa tertib administrasi, salah satunya yaitu, memiliki Kartu Tani,” ujar Bupati Imron.
Menurut Bupati Imron, adanya Kartu Tani bukan cara pemerintah untuk mempersulit para petani. Namun, merupakan salah satu upaya mencegah bantuan yang diberikan tidak salah sasaran.
“Agar bisa mendapatkan bantuan pupuk bersubsidi, petani harus menunjukkan Kartu Tani. Kalau tidak, dikhawatirkan bakal disalahgunakan seperti diperjualbelikan kembali,” imbuhnya.
Selain itu, Bupati Cirebon juga meminta maaf kepada seluruh petani di Kabupaten Cirebon lantaran adanya pengurangan bantuan pertanian. Hal ini diakibatkan adanya refocusing anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19. “Meskipun begitu, nasib petani akan terus diperjuangkan. Saya sendiri berkomitmen kepada para petani,” kata Imron.
Sementara itu Anggota DPR RI, Ono Surono, ST, mengatakan, selama ini petani di Indonesia khususnya di Kabupaten Cirebon rata-rata berumur 50 tahun keatas.
Bahkan, hanya sebagian kecil yang umurnya di bawah 40 tahun yang menggeluti pekerjaan sebagai petani.
Menurutnya, ini diakibatkan kurangnya regenerasi di kalangan petani itu sendiri. Sebab, rata-rata anak muda itu lebih banyak bekerja merantau keluar kota dibandingkan di kampungnya sendiri.
“Di masa pandemi Covid-19 justru petani diuntungkan, karena anak muda yang bekerja di luar kota berbondong-bondong pulang kampung untuk bekerja menjadi petani. Sebab, pekerjaan di kota semuanya tutup karena dampak pandemi,” papar Ono.
Ono menjelaskan, walaupun para petani banyak yang berumur di atas 50 tahun, bukan berarti ketertarikan kaum muda untuk menjadi pentani itu tidak ada.
Biasaya, kata Ono, di kalangan petani kurang maksimal masalah permodalan, ongkos produksinya sangat tinggi. Pada saat dihitung setiap kali panen kalau 3 bulan atau 4 bulan setiap penennya petani menghasilan Rp3 juta per bulan.