Rombongan geng motor itu langsung menyerang. Jelas saja, Edi dan Fawaid panik sampai motor yang dinaikinya menabrak gerobak pedagang kaki lima yang ada di pinggir jalan. Keduanya terjatuh. Kawanan geng motor itu turun mengeroyok sambil menyabetkan celurit.
Keduanya berusaha lari ke arah timur meminta pertolongan masyarakat. Edi yang dalam kondisi terluka lari menuju permukiman. Untungnya, 500 meter dari lokasi kejadian ada warga yang sedang nongkrong. Sehingga, saat Edi meminta tolong langsung didekati.
Melihat ada warga, kelompok berandal motor itu bubar. Edi yang mengalami luka serius segera dilarikan ke Puskesmas Tegalgubug. Namun karena lukanya cukup parah, Puskesmas Tegalgubug tak sanggup dan merujuk korban ke RSUD Arjawinangun.
“Tangan kiri adik saya patah dan luka terkena sabetan celurit. Jemari putus. Tangan kanan lecet, dan dagu luka. Harus dijahit. Dan tangannya harus digip,” bebernya.
Kepada keluarganya, Edi menuturkan sempat melihat ada sekitar 20 orang konvoi anggota geng motor melakukan penyerangan. Tetapi yang membacokkan senjata tajam hanya dua orang.
“Temannya Fawaid boleh pulang. Namun adik saya harus dioperasi. Cuma terkendala biaya. Harus ada Rp30 juta untuk biaya operasi dan rawat inap. Kita orang tidak mampu, bingung apa yang mau dijual,” ujarnya. (cep)