Kamaludin menegaskan, Pemdes Ujungsemi tak terlibat dalam pembagian BPNT yang dilakukan di Gedung Serbaguna, Kaliwedi Kidul, itu. Yang pembagiannya, katanya, melalui PT Pos Indonesia. Dia mengaku hanya menerima informasi perihal pembagian itu dari Babinsa setempat. Karena tak ada satu pun perangkat desa yang hadir.
“Saya atau perangkat desa saya tidak ada di lokasi (saat pembagian, red). Jadi tidak mungkin, perangkat desa kami apalagi saya, untuk mengintimidasi hal tersebut, tidak mungkin,” tegasnya.
Menurut kuwu, BPNT ini atau e-warung bukan ranah pemdes. Yang hadir saat pembagian di GOR Kaliwedi Kidul, menurut informasi yang diterima Kamaludin dari Babinsa, banyak dari pihak kecamatan, serta Polsek Kaliwedi dan Polresta Cirebon.
“Itu koordinasi bukan ke desa, langsung ke kecamatan. Mungkin pihak terkait hanya menyarankan (KPM, red) untuk membeli sembako. Jadi mereka dapat bantuan uang, mereka berhak membelanjakan itu. Katakanlah mau jalan-jalan, beli mi ayam atau beli apa aja yang mereka suka ya terserah karena hak mereka. Karena mereka berganggapan itu uang BST, bukan BPNT,” terang Kamaludin.
Di akhir pembicaraan Kamaludin menegaskan tak ada keharusan bagi warga untuk menghabiskan Rp600 ribu dalam satu waktu. Apalagi memaksa membelanjakan di warung tertentu. “Silakan para KPM membelanjakan uang untuk membeli sembako. Tapi sementara ini belum saya imbau. Jadi program ini, Pemdes Ujungsemi, khususnya saya, sebelum-sebelumnya belum dikonfirmasi untuk mengarahkannya. Jadi pihak terkait langsung,” tandas Kamaludin.
Pengaduan soal BPNT ini juga disampaikan warga Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu. Ada warga yang mengaku dimintai uang senilai Rp15 ribu sebelum proses pencairan BPNT. Selain itu, warga juga diharuskan untuk membelanjakan uang yang diterima itu ke e-warung yang sudah ditentukan.
Salah satu warga RT 02 RW 03 Blok Bulak Desa Banjarwangunan, Jeni, mengaku kerabatnya yang bernama Mila mendapatkan bantuan BPNT diharuskan menyetor Rp15 ribu. “Jadi memang dimintain uang dulu ketika kupon BPNT dibagikan,” tuturnya kepada Radar Cirebon, kemarin.
Tapi, baik Jeni maupun kerabatnya itu tidak mengetahui untuk apa uang tersebut. “Mau gak mau ya ngasi aja, karena takutnya kalau gak ngasi nanti ke depan gak dapat bantuan lagi, “tuturnya.