Tapi, menurut ia, minimal aksi mogok jualan itu telah diketahui masyarakat. Sehingga diharapkan mereka bisa memaklumi akan pengurangan ukuran tempe atau pun penjual yang menaikkan harganya. “Karena memang kondisinya seperti ini (kedelai mahal). Omset kami pun otomatis turun,” ungkap H Ali.
Ali memproduksi tempe jual habis. Mayoritas pelanggan dia para pedagang gorengan yang saat ini juga terdampak harga minyak goreng yang melambung. Selain itu H Ali juga menjual tempe hasil produksinya sendiri di Pasar Sumber.
Dikatakan, tak bisa yang banyak diperbuat ketika harga kedelai tinggi. Selain menerima nasib. Apalagi bentuk protes para pedagang dengan mogok jualan atau produksi tempe juga telah dilakukan. Tapi hasilnya nihil, harga tetap tinggi. “Kalau harga sudah naik, susah untuk turun. Kalau turun juga paling 50 perak. Sedangkan naiknya jauh lebih tinggi,” ungkap Ali.
Menjelang puasa, imbuh ia, omzet akan menurun. Karena di saat Ramadan para penjual gorengan memilih libur. Pun mereka yang tetap berjualan hanya segelintir. Karena waktu untuk menjual terbatas. Dijajakan pedagang hanya ketika sore atau menjelang magrib.
Kondisi itu, kata Ali, sudah menjadi tradisi tahunan. Berlangsung sebulan penuh. Sementara permintaan tempe rata-rata setiap bulan cenderung stagnan. Pun kalau ada permintaan banyak, dipenuhi dengan membeli tempe di rumah produksi lain. “Karena kalau produksi tempe tidak bisa mendadak. Prosesnya tiga hari,” tuturnya.
Ali berharap stabilisasi harga kedelai bisa dilakukan. Sehingga tak terus-menerus membebani produsen tempe sepertinya. Meski kenaikkan per kilogram tak seberapa, katanya, namun jika dikali jumlah banyak, akan terasa sangat memberatkan.
Senada disampaikan produsen tempe di Kecapi, Kota Cirebon, Sarma’i. Ma’i kewalahan menghadapi harga kedelai yang terus-terusan melonjak. Dari Rp6.700 per kg, katanya, merangkak hingga Rp12 ribu per kg. Itu dianggap sangat memberatkan.
Dia mengaku tak bisa menaikkan harga jual ke pembeli. Karena mereka akan protes. Ujung-ujungnya tak jadi membeli. Sama seperti H Ali, Ma’i mensiasati kedelai mahal dengan mengurangi ukuran tempe. “Misal dari berat 3,35 ons jadi 3,30 ons,” ungkap Ma’i.