Syech Muhammad Islam Bayasut yang mendirikan masjid tersebut. Tahun 1918. Berusia 104 tahun. Telah beberapa kali dilakukan renovasi. Sebelum megah dengan pondasi yang tampak kokoh seperti sekarang.
Rumah keluarga Bayasut berhadapan dengan masjid itu. Ketika Bubur Harisa masak, tak jauh untuk diantarkan ke masjid. Hanya dipisah jalan selebar sekitar 3 meter.
Kemasan Bubur Harisa telah berubah. Menggunakan styrofoam. Itu agar praktis. Bisa dibawa jamaah untuk bisa dimakan di rumah.
Baca Juga:Ini untuk Usaha, Bukan Beli HPAirlangga Sambut Baik MoU Indonesia-Tiongkok Dalam Ekonomi Digital
Dilakukan untuk meminimalisasi risiko virus karena transimisi dari tangan ke tangan. “Tahun ini (Bubur Harisa) baru dibuat lagi setelah 2 tahun vakum karena corona,” ungkap Ibrahim yang memiliki 8 orang anak tersebut.
Ramadan sebelum pandemi, jamaah bisa menikmati bubur itu langsung di masjid. Keluarga Bayasut membawa hidangan bubur menggunakan baki atau nampan. Lalu disandingkan di tempat. Mereka harus antre dan bergilir untuk kebagian porsi bubur yang menjadi khas karena bumbu rempahnya itu.
Suasana guyub begitu kental ketika adzan Magrib berkumandang. Tahun ini tak bisa lagi seperti itu. Para jamaah dari lingkungan sekitar dipersilakan menikmati bubur di rumah masing-masing. Menghindari kerumunan.
Pun jumlah yang disajikan tampak lebih sedikit. Ibrahim mengatakan tahun ini menghabiskan sekitar 3 kilogram beras. Dan 1 kilogram daging kambing muda. Tahun-tahun sebelum pandemi bisa 5 kg lebih beras dan 3 kg lebih daging kambing.
Ya, bahan utama bubur ini adalah beras, rempah-rempah, santan dan daging kambing muda. Semua direbus hingga masak. Membutukan waktu sekitar 2 jam.
Dikerjakan siang harinya. Bakda Asar baru disajikan. Bukan saja bubur. Bagi yang sudah mencicipi, katanya, begitu diseruput tenggorokan seketika terasa hangat. Menjelang buka puasa, Bubur Harisa biasanya disajikan bersama kurma, kopi jahe, dan teh manis.
Keluarga Bayasut masih mempertahankan tradisi membuat Bubur Harisa menjelang waktu berbuka puasa selama Ramadan penuh ini. Sempat vakum 2 tahun, itu karena kondisi yang tidak memungkinkan. Ibrahim mengatakan, dipertahankan karena merupakan warisan atau amanah dari orang tua.
Baca Juga:RUU TPKS Jadi UU, Selly: Implementasikan Secara KonsistenAirnya Tak Pernah Surut, Dipercaya Sembuhkan Penyakit dan Percepat Balita Belajar Jalan
Dalam sehari lebih 50 paket bubur dibagikan kepada jamaah. Maupun tukang becak di sekitar. Membuat Bubur Harisa, kata Ibrahim, telah dilakukan sejak sebelum Indonesia merdeka. Atau ketika pertama Masjid Asy Syafii Bayasut berdiri tahun 1918.