CIREBON- Setelah dua hari proses otopsi di RS Fatmawati Jakarta, jasad perempuan berinisial IN (22) akhirnya tiba di rumah keluarga di Desa Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jumat (10/6) sekitar pukul 18.30 WIB. Jenazah langsung disalatkan dan dimakamkam di pemakaman desa sekitar pukul 19.00 WIB.
ST (45), ayah IN, mengatakan proses pemakaman dilakukan segera sesaat setelah jenazah tiba karena pertimbangan waktu. “Soalnya kasihan sudah lama meninggalnya,” kata ST saat ditemui Radar Cirebon, tadi malam.
IN ditemukan meninggal di dalam kamar pada lantai 2 sebuah apartemen di kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (8/6). Kondisi tubuh membengkak dengan setengah telanjang. Diduga meninggal dunia sudah lebih dari empat hari.
ST sendiri mengaku komunikasi terakhir dengan sang anak pada Jumat sore lalu (27/5). Setelah itu, dia tidak menerima kabar apapun dari almarhumah. Tanpa firasat apapun, kata ST, tiba-tiba ia kedatangan tamu perangkat desa yang memberitahukan bahwa IN meninggal dunia di apartemen.
“Saya dikasih tahu oleh kadus (kepala dusun) pada Rabu malam (8/6) sekitar pukul 20.00. Langsung saja saya siap-siap dan berangkat ke Jakarta naik bus. Berhenti di Polsek Kebayoran Lama, saya diperiksa sebagai saksi. Jawaban saya bahwa terakhir komunikasi pada Jumat itu (27/5). Diduga meninggal dunia lebih dari seminggu,” tutur ST.
Setelah menjalani pemeriksaan di Polsek Kebayoran Lama, ST mengaku hanya menunggu putri sulungnya yang jasadnya sedang diotopsi karena terdapat bong dan plastik di dekat jenazah.
Terkait temuan itu, ST membantah kalau putrinya mengonsumsi narkoba. ST dan keluarga mengaku kecewa dengan pemberitaan online yang menanggapi secara berlebihan. “Dia tidak mungkin seperti itu (pakai narkoba, red). Beritanya berlebihan. Almarhumah orang baik,” ujarnya.
ST menceritakan, IN sudah tiga tahun merantau di Jakarta. Setahun terakhir ini sang anak bekerja sebagai Disjoki (DJ). ST mengakui almarhumah menjadi tulang punggung keluarga dan membiayai dua adiknya yang masih sekolah.
Apalagi setelah ST mengalami kecelakaan lalu lintas dan patah tulang di kaki. Sehingga IN menjadi tulang punggung keluarga. “Saya sudah satu tahun kecelakaan patah tulang. Almarhumah selama itu menjadi tulang punggung keluarga. Almarhumah juga jarang pulang, pulang hanya dua hari saja. Jadi untuk kebiasaannya saya tidak tahu,” jelas ST.