Setelah mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo tentang 15 hari menangani Covid-19 pada awal pandemi lalu, pengusaha asal Cirebon, Ir H Soenoto, berbicara soal kriteria calon presiden Indonesia di masa akan datang. Ada 2 hal pokok yang ditekankan, yaitu tugas dan syarat. Berikut ulasannya.
ADE GUSTIANA, Cirebon
DALAM tesisnya yang berjudul Sever for Seven, Soenoto membeberkan 7 syarat yang harus dimiliki seorang calon presiden. Pertama, seorang presiden harus mampu mewujudkan kesejahteraan buat rakyat.
Berarti, mewujudkan keamanan, keadilan dan kemakmuran. Kedua, seorang presiden harus mampu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Baik fisik maupun non fisik.
“Fisiknya adalah wilayah Republik Indonesia tidak boleh gompel (hilang) 1 meter persegi pun. Dan non fisiknya, persatuan harus kita jaga,” tutur Soenoto kepada Radar, Minggu (26/6).
Ketiga, imbuhnya, presiden harus mampu mengangkat Indonesia di pentas internasional. Keempat, Indonesia harus mampu ikut menjaga perdamaian dunia. Kelima, harus mampu mambangun bangsanya yang mandiri, visioner dan tidak menyimpan dendam.
Keenam, harus mampu menjaga lingkungan atau kelestarian hidup. Terakhir, membangun seni budaya dan olahraga. “Selama ini presiden ngga peduli tuh dengan kesenian, dengan olahraga. Makannya sama Thailand saja babak belur sepakbola kita. Ini memalukan dan memilukan,” tandasnya.
Tujuh tugas ini, imbuhnya, hanya bisa diselesaikan oleh seorang presiden yang memenuhi 7 syarat. Syarat pertama, harus orang yang beragama. Agar memiliki nilai-nilai moralitas. Kedua, harus berilmu pengetahuan sebagai pilarnya.
Ketiga, wajib berkemakmuran di rumah tangganya yang diperolehnya dengan cara baik dan benar. “Bukan dari hasil korupsi. Jadi yang ketiga ekonominya harus makmur,” terang Soenoto.
Berikutnya, harus sehat lahir batin. Lalu kelima, harus bisa berkomunikasi secara internasional. Minimal berbahasa Inggris. “Syukur kalau bisa bahasa Rusia dan lain-lain,” imbuhnya.
Kemudian keenam, seorang presiden harus berwawasan internasional. Terakhir, harus seorang kepala rumah tangga yang baik dan benar, antara lain bukan sosok suami yang berpoligami. “Orang poligami itu sama istrinya sendiri melukai dan membohongi, apalagi sama rakyatnya. Jadi, poligami itu coret (dari daftar calon presiden, red),” beber Soenoto.