Keterbatasan bukan jadi alasan untuk pasrah terhadap hantaman arus teknologi. Para orang berkebutuhan khusus ini begitu tekun dan serius mempersiapkan diri bersaing dalam ruang siber. Sejumlah jalan mencari cuan dijajaki melalui pelatihan teknologi informasi dan komunikasi.
ADE GUSTIANA, Cirebon
PANCA indera mereka dimaksimalkan. Bagi tuna rungu, tentu memerlukan pelatihan yang tak ada hubungan dengan suara. Sebaliknya, bagi tunanetra, indera pendengar akan lebih ditekankan untuk menerima instruksi yang diberikan.
Karena itu, pelatihan bagi 80 penyandang disabilitas ini dikelompokan berdasarkan kebutuhan khusus masing-masing. Selain tunanetra dan tunarungu, ada tunadaksa dan tunawicara. Masing-masing dengan treatment yang berbeda.
Materi yang diberikan erat kaitan dengan kebutuhan dunia digital saat ini. Seperti pelatihan digital marketing. Ilmu yang sedang trend itu dibutuhkan untuk memaksimalkan pemasaran produk di dunia maya. Agar dilirik konsumen. Aplikasi pihak ketiga dipilih yang sesederhana dan semudah mungkin. Misalnya, untuk design grafis menggunakan Canva yang bisa didownload secara gratis.
Sinan Firmidzi, salah seorang difabel yang mengikuti pelatihan di SMK Telkom Sekar Kemuning Cirebon itu, mengaku memiliki usaha yang sedang dirintis. Telah berjalan cukup baik.
Setelah mengenal dan mempelajari pelatihan kemarin ia mengaku optimistis. Pasar produk yang dijual akan semakin luas. Ia mengatakan digitalisasi sangat mempermudah difabel. Sehingga tak ada alasan untuk tertinggal.
“Melihat arus digitalisasi yang tak terbendung ini, keterampilan seputar teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan. Sehingga harus benar-benar kita kuasai,” tutur Sinan dalam acara pelatihan yang mengangkat tema Bridging The Disabilities Through Digital Technology, itu.
Lalu mempelajari bagaimana tips menjadi seorang konten kreator hingga ilmu landing page yang mempelajari cara membuat situs untuk promosi tertentu.
Selain dilakukan di Cirebon, pelatihan bagi disabilitas digelar di Bandung, Malang, Jakarta, Purwokerto, Lampung, Makassar, Medan, Banjar Baru dan Sidoarjo. Selama 4 hari pada 28, 29 dan 30 Juni. Lalu dilanjut pada 3 Juli.
Kegiatan ini menjadi program tanggung jawab sosial PT Telkom Indonesia (Yayasan Pendidikan Telkom) melalui Community Development Center (CDC).
Dinas Sosial Kabupaten Cirebon banyak memberikan informasi seputar jumlah dan kebutuhan khusus para difabel. “Alhamdulillah kami sangat merasa terbantu,” tutur Wakasek Kurikum SMK Telkom Sekar Kemuning Cahya Hariyadi SMn MPd.