JAKARTA- PT PLN (Persero) menguatkan komitmennya dalam transisi energi bersih di Indonesia dengan mengintensifkan subtitusi batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke biomassa. Dalam acara Transformation Journey Series #10 yang bertajuk Strategi Pencapaian Aspirasi Green Melalui Sustainibilitas Pasokan Biomassa untuk Co-Firing PLTU Batu Bara, PLN membahas strategi pasokan biomassa yang berkelanjutan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa substitusi bahan bakar batu bara ke biomassa ini adalah proyek yang strategis. Selain bisa mengurangi ketergantungan atas batu bara yang merupakan energi fosil, langkah ini menjadi salah satu cara untuk menurunkan emisi karbon sebelum PLN mempensiunkan PLTU pada 2050 mendatang.
Dengan co-firing biomassa PLN bisa mendapatkan energi bersih dengan peningkatan biaya yang minimal. “Melalui teknologi co-firing ini, PLN bisa mendapatkan beberapa manfaat sekaligus. Menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU, meningkatkan bauran energi serta memaksimalkan potensi PLTU yang ada sebelum akhirnya benar-benar pensiun dini,” ujar Darmawan Prasodjo.
Lebih lanjut ia menyatakan target bauran 23% di tahun 2025 akan dicapai dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Rantai pasokan bahan bakar biomassa akan mengoptimalkan lahan-lahan tandus dan pengolahan sampah. Sehingga dalam prosesnya akan menciptakan lapangan kerja sekaligus menopang pertumbuhan ekonomi.
“Program co-firing biomassa ini spesial, karena berbasis kerakyatan. PLN bersinergi dengan kampus, komunitas, lembaga sosial, BUMN lain, dan ratusan ribu masyarakat sebagai bagian kekuatan untuk menegakkan energi bersih dalam rangka transisi energy,” jelas Darmawan Prasodjo.
Ia juga mengajak masyarakat untuk turut serta dalam rantai pasok co-firing biomassa. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan hutan energi serta pengelolaan sampah rumah tangga menjadi biomassa bisa menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru.
“Karena kebutuhannya sangat besar, 450 ribu ton tahun ini dan 2,2 juta ton di tahun depan. Harapannya, semua itu bisa disediakan oleh rakyat dan dampaknya akan kembali kepada rakyat,” tutup Darmawan.
Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan bahwa mayoritas penggunaan biomassa saat ini masih dipasok dari limbah. Yakni dari serbuk gergaji, tandan kosong sawit, sekam padi, dan sampah. Untuk itu PLN perlu mengembangkan pasokan biomassa yang lebih sustain dengan penanaman hutan tanaman energi.