Yanto serta para tamu undangan itu optimis. Ini bukan mewacanakan sesuatu yang berlebihan. Bahkan, seharusnya, bisa lebih hidup dibanding 2 kiblat percontohan yang baru saja disebutkan.
“Rasanya, Selasar Gunung Jati ini hampir tidak kalah dengan Malioboro kalau kita menghilangkan perbedaan kota dan kabupaten Cirebon. Setidaknya, idenya dulu kita samakan. Ingin saya, Jalan Siliwangi itu panjangnya sampai Gunung Jati,” tukas Direktur Utama Disway National Network (DNN) tersebut.
Konsep membangun kota dan kabupaten Cirebon dengan menghilangkan sentimen perbatasan. Yanto S Utomo mangatakan Prabu Siliwangi dan Sunan Gunung Jati adalah kata kunci yang selalu memuncaki mesin pencari Google. “Kalau kita (Radar Cirebon Online) memberitakan itu, pembacanya puluhan hingga ratusan ribu. Selalu viral,” kata eks wartawan Sriwijaya Pos itu.
Moderator acara yang merupakan General Manager Radar Cirebon Yuda Sanjaya mengulas kembali seputar niat menyatukan wisata sejarah di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon dengan yang ada di wilayah Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Sebelum, meminta Bupati Imron menanggapi.
Gayung itu bersambut. Tersirat dan terucap, Imron mendukung penuh rencana tersebut. Pada hakikatnya, kata Bupati Imron, di dalam suatu peradaban manusia, pemimpin saat ini harus melihat potensi yang ada dan membaca sejarah. Lalu menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Imron berujar, saat ini sudah tidak ada lagi kabupaten dan kota Cirebon. Karena telah menjadi satu kesatuan.
“Budaya dan pariwisata kita juga tidak bisa dipisahkan. Kalau yang dikemukakan (Selasar Gunung Jati, red) ada jalan untuk diwujudkan saya sangat setuju sekali. Dari Gunung Jati sampai Alun-alun Kejaksan itu mangga (kami persilakan, red). Kami sangat mendukung sekali,” ucap Imron.
Wawali Eti Herawati juga tak main-main. Politisi Partai Nasdem itu siap menandatangani nota kesepahaman (MoU) awal dengan Kabupaten Cirebon. Jika dirasa itu perlu. Ia meminta Anggota DPR Herman Khaeron untuk menjembatani niatan tersebut.
“Saya rasanya senang dan bahagia sekali. Ini momen yang sangat tepat. Tadi sudah dikupas (soal Selasar Gunung Jati, red) dan saya sepakat. Sangat setuju. Tinggal regulasi. Gagasan Selasar Gunung Jati sampai ke Keraton tinggal infrastruktur atau membuat DED,” ungkap Eti.