Semua jenis sama. Penggolongan hanya berdasarkan grade A dan B saja. Besar dan kecil. Antara cicak utuh atau yang sudah terpotong ekornya. Ketika sampai di rumah produksi, cicak sudah dalam keadaan mati. Sebelum dijemur, terlebih dahulu dicuci. Menghilangkan bekas lem tikus saat proses perburuan. “Cucinya pakai sabun pakaian,” tukas Gandi yang juga kepala salah satu SD di desanya itu.
Kemarin proses pencucian dilakukan oleh 5 ibu-ibu. Usia paruh baya dari warga sekitar. Pada proses ini bau menyengat begitu terasa. Tapi para pekerja tampak biasa saja. Tak ada yang mengenakan masker.
Hanya dengan tangan kosong. Ember hitam ukuran sedang diletakkan di lantai. Persis di depan pekerja yang duduk di atas jengkok (kursi tunggal kecil setinggi sekitar 10 centimeter).
Lalu ada saringan di atas ember tadi. Cicak yang baru saja direndam/dicuci dari ember dijajarkan di atas saringan berbentuk persegi tersebut. Sambil dipipihkah. Agar cicak lurus dan memanjang.
“Jangan ditarik kencang-kencang nanti putus,” kata salah seorang pekerja. Sisa air dari cicak yang dipipihkan di atas saringan akan kembali menetes pada ember di bawahnya.
Setelah saringan selebar 1×1 meter itu penuh, barulah cicak dijemur. Di bawah terik matahari langsung. Sejak terbit sampai terbenam. Kurang lebih selama 8-9 jam. Masih kurang.
Karena matahari yang sudah terbenam, Sugandi melanjutkan proses penjemuran dengan cara dipanggang dalam oven tradisional. Dari kayu. Ukuran cukup besar dan lebar. Tingginya sekitar 185 sentimeter. Lebarnya 2 meter.
“Di-oven sejak Magrib sampai pagi, untuk menggantikan proses penjemuran dengan matahari. Suhunya juga disamakan dengan suhu saat siang hari, sekitar 30-35 derajat celcius. Jangan terlalu besar, nanti pecah dan rusak,” ungkapnya, yang mampu menghasilkan 40 kilogram cicak kering dalam 1 hari itu. Atau lebih dari 1 ton selama 1 bulan.
Setelah melalui proses oven bau amis jauh berkurang. Kemudian dilanjutkan proses pengepakan oleh ibu-ibu, warga sekitar juga. Kemarin terpantau ada 6 orang. Sementara semua pekerja cicak kering di rumah Sugandi ada sekitar 20 orang. “Kalau yang berburu cicaknya mah banyak, ngga kehitung,” lanjut Sugandi.