“Komunikasi terus jalan dengan pemkot. Kita ini kan masyarakatnya beririsan. Ada warga kabupaten yang sehari-hari kerja di kota, begitupun warga kota yang juga sebagian bekerja di kabupaten. Kekerabatan kita juga sangat erat. Makanya kalau disatukan akan sangat positif sekali dampaknya. Sejalan dengan ide Selasar Gunung Jati,” imbuhnya.
Wawali Eti Herawati juga tak main-main. Politisi Partai Nasdem itu siap menandatangani nota kesepahaman (MoU) awal dengan Kabupaten Cirebon. Jika dirasa itu perlu. Ia meminta Anggota DPR Herman Khaeron untuk menjembatani niatan tersebut; mewujudkan Selasar Gunung Jati.
“Saya rasanya senang dan bahagia sekali. Ini momen yang sangat tepat. Tadi sudah dikupas (soal Selasar Gunung Jati, red) dan saya sepakat. Sangat setuju. Tinggal regulasi. Gagasan Selasar Gunung Jati sampai ke Keraton tinggal infrastruktur atau membuat DED,” ungkap Eti.
Terkait penyatuan hari jadi, Eti juga sepakat untuk segera direalisasikan. “Saya sepakat Hari Jadi Cirebon disatukan. Karena sama-sama Cirebon. Ide Selasar Gunung Jati bisa menjadi langkah awal penyatuan hari jadi. Karena kita ini satu, Cirebon. Kita perlu duduk bersama membahas ini, termasuk dengan DPRD,” terang Eti.
Sementara itu, DPRD Kabupaten Cirebon sendiri mengatakan wacana penyatuan hari jadi perlu dikaji. “Memang Cirebon awalnya satu. Kemudian menjadi kota dan kabupaten. Kurang pas kayaknya ketika hadi jadinya digabung. Karena beda wilayah,” kata Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Aan Setiawan.
Menurutnya, kalaupun digabung, bukan kota/kabupaten Cirebon lagi, tapi Cirebon Raya. “Saya yakin sejarawan dan budayawan punya versi dan pendapat yang berbeda soal kedua daerah. Mangga, terserah bupati aja,” tuturnya.
Selanjutnya disampaikan anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Heriyanto ST. Bagi Heriyanto adalah kerja-kerja nyata untuk masyarakat. “Bukan soal hari jadi yang harus sama. Tapi bagaimana pemerintah bekerja membangun daerahnya,” terang Heriyanto. (ade/dri/abd/sam)