Presiden Joko Widodo sendiri menegaskan tidak akan ragu memutuskan terkait harga BBM. Kata Presiden, keputusan konkret akan diambil jika kas keuangan negara sudah tak lagi mampu menahan beban subsidi yang begitu besar.
Risda yang merupakan sekretaris Keluarga Besar Ojek Online Roda 2 Cirebon Raya (KBOCR) menuturkan sebab orderan ojol sepi karena banyak aplikator lain berlomba-lomba menawarkan promo harga murah. Serta pengaruh daya beli masyarakat yang menurun karena naiknya harga kebutuhan pokok. “Kemudian, bisa juga karena sudah banyaknya driver ojek online,” terang wanita yang biasa dipanggil Lesti itu.
Lesti menggunakan BBM jenis Pertalite. Dikatakan, untuk kebutuhan sehari-hari sebagai ojol, ia merogoh kocek Rp20 ribu per hari. Tentu akan semakin tinggi jika Pertalite jadi dinaikan. Sementara pendapatan yang diperoleh, imbuh Lesti, tak bertambah bahkan menurun karena orderan sepi. “Semoga pemerintah bisa mempertimbangkan kebijakan lainnya agar pendapatan ojol tidak semakin tergerus,” tukasnya.
Riyan S, ojol yang biasa beroperasi di Kota Cirebon, juga menganggap rencana naiknya harga BBM sebagai persoalan baru. Sebab, menurutnya, Pertalite sudah sebagai kebutuhan utama ketika bekerja. “Kalau naik ya mau gimana. Ngga banyak yang bisa dilakukan, tapi yang pasti akan semakin susah,” terang laki-laki 29 tahun tersebut.
Ia sendiri mengaku belum mengetahui rencana tersebut. Baru sebatas membaca kabar yang beredar di media sosial. Sama seperti Lesti, ia berharap perhatian dari pemerintah terhadap pekerja-pekerja yang sangat terdampak kenaikan harga BBM, seperti ojol ini. “Orderan juga lagi sepi, masa mau habis buat bensin aja,” pungkasnya. (ade)