“Mbok yo yang sudah mampu, sudah mapan, berbagi hak dengan yang seharusnya mendapatkan subsidi itu,” ungkapnya.
Ditanya seputar besaran kenaikkan harga, Adeka mengaku belum ada informasi dari pusat. Kalau itu sudah diumumkan, imbuhnya, di daerah akan menyesuaikan. “Perkiraan saya (kenaikkan harga BBM subsidi) tidak akan lebih tinggi dari SPBU non Pertamina,” paparnya.
Seputar informasi stok BBM yang habis Oktober nanti, Adeka mengatakan, hitungan dari BPH migas tersebut sebatas prediksi. Jika penyalurannya tidak dibatasi. “Bukan berarti Oktober benar-benar kosong. Kami koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan situasi terkini,” jelasnya.
Sementara Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cirebon, Yasir Sutisna, mengatakan pemerintah pusat belum tepat ketika hari ini memutuskan menaikkan harga BBM. HMI Cirebon, tegasnya, jelas menolak. “Ketika BBM hari ini dinaikkan, akan berdampak pada laju inflasi,” katanya.
Yasir memberikan solusi yang katanya telah dilakukan kajian bersama teman-teman mahasiswa lain. Yakni, untuk memberikan subsidi dan kompensasi energi yang mencapai Rp500 triliun itu. “Kami menolak (kenaikkan harga BBM) dengan solusi,” tukasnya.
Apakah akan ada aksi berikutnya dalam merespon kenaikkan harga BBM? “Tentu, ini sebagai konsistensi mengawal kebijakan pemerintah,” jawabnya.
Yasir menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki peluang SDA batu bara dan minyak sawit di pasar global yang sedang naik hingga 14 persen. “Itu fantastis dan menjadi satu peluangan. Apabila bisa dimaksimalkan, keuntungan PNBP SDA bisa dimaksimalkan kepada subsidi BBM,” bebernya.
Solusi berikutnya, relokasi pendanaan dari anggaran belanja pemerintah. Baik itu kementerian maupun lembaga yang Yasir sebut tidak produktif. Harus dipotong.
Karena jika dilihat dari tahun 2015 sampai sekarang, imbuhnya, perkembangannya cukup fantastis.  “Kenaikkan anggaran belanja dari kementerian ataupun lembaga itu, tahun 2015 masih 100 triliun. Hari ini sudah mencapai 248 triliun,” jelasnya.
Bahkan ketika dikaji, lanjut Yasir, masih banyak anggaran belanja itu digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif. “Itu menjadi hal yang bisa dijadikan solusi pemerintah pusat untuk bagaimana keuntungan atau peluang yang dimiliki hari ini bisa berpihak kepada masyarakat menengah ke bawah untuk menjadikan subsidi BBM,” paparnya.