Yasir juga menyarankan konsep manajerial dari pemangku kebijakan yang harus benar-benar tepat mengalokasikan BBM subsidi kepada masyarakat menengah ke bawah.
“Harus dijaga secara ketat, mana masyarakat yang harus menggunakan subsidi dan yang tidak. Karena secara data masih banyak orang menangah ke atas yang menggunakan BBM subsidi,” tegasnya.
Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cirebon, Novian Rajabi juga menegaskan menolak kenaikkan harga BBM tersebut. Menurutnya, keputusan itu ke depan bisa menjadi efek domino. Bukan hanya BBM yang naik. Tapi harga kebutuhan pokok, listrik dan sebagainya kena imbas.
“Korbannya masyarakat menengah ke bawah. Karena yang memanfaatkan BBM subsidi ini, 80 persen orang-orang menengah ke atas. Ini peran BPH migas untuk mengawasi distribusi BBM,” jelasnya.
Novian menambahkan, masih banyak perusahaan atau perkebunan yang menggunakan BBM subsidi. Terkait solusi, ia menawarkan dana bantuan sosial dialokasikan untuk subsidi BBM. Selain alokasi dari kementerian yang tidak produktif tadi. Bansos dianggap bukan solusi konkret dan berkepanjangan. (ade)