CIREBON- Rahmat tak habis pikir. Belakangan, pedagang sembako di Pasar Induk Jagasatru, Kota Cirebon, itu mengamati tren kenaikan harga kebutuhan pokok. Katanya, terjadi di setiap bantuan seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah turun.
“Sekarang saja (telur) sudah naik. Nanti saat pemerintah mencairkan PKH akan tambah naik lagi,” kata Rahmat saat ditemui Radar Cirebon kemarin.
Ia mengaku tak mengetahui pasti alasan tren kenaikan harga di saat pemerintah menyalurkan bantuan. Selain, kenaikan yang disebabkan desas-desus rencana harga baru BBM subsidi yang belakangan santer ditentang organisasi mahasiswa di Cirebon. “Paling tinggi pernah mencapai Rp31 ribu (harga telur per kilogram),” jelas Rahmat.
Rupanya, isu kenaikan harga BBM juga berdampak pada harga-harga kebutuhan pokok. Bahkan, harga naik sebelum keputusan harga baru BBM itu sendiri. Sementara harga telur, meski masih tinggi, tapi cenderung semakin turun. Meski belum berangsur normal. Kemarin, Rp29 ribu per kilogram. Sementara harga normal, imbuh Rahmat, antara Rp25-26 ribu per kilogram.
“Kalau PKH cair nanti, diprediksi harga telur dan daging mengikuti naik. Sebelum PKH diberikan saja sudah naik, apalagi saat nanti disalurkan harga tambah naik drastis,” terangnya.
Rahmat mengatakan, fluktuasi harga daging ayam dan telur selalu berbarengan. Jika harga telur naik, harga daging ayam juga naik. Juga yang terjadi sebaliknya. Ketika harga-harga sembako sudah naik, lanjut Rahmat, kecil kemungkinan akan turun lagi. “Kalau harga turun, paling Rp200 sampai Rp500. Tapi kenaikannya bisa Rp2000. Ngagetin kalau harga-harga sedang naik tuh,” paparnya.
Selain harga telur yang belum stabil, Rahmat menyebut harga beras juga naik. Misalnya, harga beras paling murah saat ini Rp10.000/kg, naik dari sebelumnya Rp9.000. Hingga beras kualitas di atasnya dijual Rp11.500 dari sebelumnya Rp11.000. Sebabnya, imbuh ia, karena musim kemarau. Di mana produksi beras dari petani berkurang. “Kalau petani lagi pada panen, harga beras turun,” tukasnya.
Rahmat juga mengeluhkan sepinya konsumen yang datang ke Pasar Jagasatru. Itu, lanjut ia, terjadi kurun waktu sebulan terakhir. “Padahal di waktu seperti sekarang seharusnya sedang ramai (pembeli). Sebulan ini lagi sepi banget, ngga tahu karena apa,” ungkapnya.