Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kini masih ramai di ruang publik. Putra sulung SBY itu menyebut 70-90 persen pembangunan infrastruktur era Jokowi adalah hasil kerja sang ayah. Jokowi pada tahun pertama hanya gunting pita. Seketika heboh. Dua partai; PDIP dan Demokrat langsung saling serang.
===============
PENGAMAT politik Cirebon Afif Rivai melihat PDIP dan Demokrat saat ini sedang melawan lupa. Sehingga terjadi rivalitas saling klaim. Saling adu argumentasi soal pembangunan. Masyarakat, imbau Afif, dituntut mampu menilai.
Serta, membandingkan realitas di lapangan. Jangan sampai terkecoh dengan elit politik. Karena sejatinya, kata Afif, masyarakat juga yang bisa memberikan reward dan punishment.
“Kedua partai (PDIP dan Demokrat) ini sedang melawan lupa. Sehingga terjadi saling klaim, saling adu argumen,” ucap penulis buku Membaca Politik dari Titik Nol itu kepada Radar Cirebon kemarin.
Ia beranggapan ucapan yang disampaikan AHY dalam Rapimnas Partai Demokrat itu bukan saja memantik isu panas menjelang Pilpres 2024. Tapi, bagian instruksi ketua umum partai untuk memperkokoh basis suara. Baik di tingkat DPP, DPD, DPC, PAC, hingga tingkat ranting partai.
“Saya pikir ini masih batas yang wajar. Pertama, karena menjelang Pilpres 2024. Yang kedua, ini untuk meraih simpati masyarakat terutama di pemilu legislatif,” jelas Afif Rivai.
Afif mengibaratkan PDIP dan Demokrat saat ini sedang bertarung untuk meraih simpati masyarakat. Dalam komunikasi politik, imbuh pembawa acara Selamat Pagi Cirebon di Radar Cirebon Televisi (RCTV) itu, ucapan AHY soal Presiden Jokowi sekadar gunting pita pasti memiliki tujuan.
“Yang menjadi juri masyarakat. Biarkan mereka (masyarakat, red) menilai. Apakah yang disampaikan AHY itu sesuai data dan fakta di lapangan. Atau justru sebaliknya,” terangnya.
Semua tahu, Afif bilang, rivalitas PDIP dan Demokrat begitu sengit. Sejak lama. Namun, imbuh Afif, lebih penting lagi melihat kenyataan yang dialami masyarakat dari kompetisi tersebut. “Apakah masyarakat diuntungkan atau justru dirugikan,” jelas kolumnis di berbagai media massa itu.
Ia menuturkan, partai juga dituntut bisa membuktikan rasa kepercayaan kepada publik. Berbagai cara yang bisa dilakukan. Tentunya yang menguntungkan seluruh elemen masyarakat dan semua golongan.