RADARCIREBON.ID – Tahun baru imlek sebentar lagi. Sajian khas menyambut tahun baru imlek adalah kue keranjang.
Kue keranjang sejatinya adalah dodol, tapi dodol khas masyarakat Tionghoa. Setiap Tahun Baru Cina, kue selalu ada di hampir semua rumah masyarakat Tionghoa.
Kue keranjang bisa dibilang jadi camilan wajib di tahun baru imlek. Kehadiran kue keranjang di rumah-rumah masyarakat Tionghoa saat Imlek memiliki makna khusus
Baca Juga:Waduh, Jadwal Persib vs Persija Berubah, Catat Jadwal BarunyaTahun Kelinci Air, Inilah 7 Shio yang Akan Beruntung di Tahun Baru Imlek 2023
Aslinya kue ini bernama Nian Gao atau Ni-Kwe, alias kue tahunan. Disebut kue tahunan karena memang hanya dibuat setahun sekali, yaitu menjelang Tahun Baru Cina.
Kata Nian sendiri berarti tahun, sementara Gao berarti kue. Namun kata Gao juga terdengar seperti kata tinggi.
Itu sebabnya cara penyajian kue keranjang disusun bertingkat.Penyusunan kue keranjang yang bertingkat ini memiliki makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran untuk menyambut tahun yang baru.
Zaman dahulu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa terdapat Dewa yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (Raja Surga) dalam setiap anglo (tempat masak) di dapur setiap rumah.
Dewa tersebut dikenal juga dengan sebutan Dewa Tungku, yang ditugaskan untuk mengawasi segala sesuatu yang dilakukan di setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.
Nah, setiap akhir tahun, tepatnya tanggal 24 bulan 12 Imlek (atau H-6 Tahun Baru Cina), Dewa Tungku konon akan pulang ke surga dan melaporkan tugasnya kepada Raja Surga.
Jadi, demi menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan, timbullah gagasan untuk memberikan hidangan yang menyenangkan atau hal-hal yang dapat membuat Dewa Tungku tidak murka.
Baca Juga:Shin Tae yong Diminta Mundur usai Timnas Indonesia Gagal di Piala AFF 2022Hasil Malaysia Open 2023, Ginting Lolos Bakal Bertemu Anders Antonsen
Akhirnya masyarakat Tionghoa pun berusaha mencari bentuk sajian yang manis, hingga ditemukanlah resep kue yang disajikan dalam keranjang ini.
Saat menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang juga ditentukan bentuknya.
Bentuk bulat dipilih karena memiliki filosofi bahwa keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul (setidaknya satu tahun sekali), serta tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, dan memiliki tekad bulat dalam menghadapi tahun yang baru.