Abdul Rozak mengaku, sejumlah pejabat dari DPRD hingga keraton pun sempat datang dan mengunjungi lokasi pemakaman tersebut. Namun, tidak ada tindak lanjut berarti dari pihak terkait. Padahal, banyak hal yang perlu dibenahi dari kepedulian pihak keraton ataupun pemerintah.
“Warga sih inginnya dibangun dan dipugar. Cuma benturan sama keuangan. Kalau dari warga kan nggak mungkin lah. Harapannya sih dari pemerintah bisa membantu juga,” tandasnya.
Sementara itu, Juru Kunci Makam Nyi Gede Lara Panas Pamujudan, Juariah mengatakan, dia sebenarnya tidak mengetahui secara pasti asal-usul makam tersebut. Hal itu dikarenakan, sejak tahun 1960-an, dirinya tinggal di lokasi tersebut. Sudah terdapat 38 makam yang tersebar di tiga lokasi.
Baca Juga:Walikota Cirebon Nashrudin Azis Datang ke DPC PDIP, Diteriaki BeginiFahri Siregar Dapat Sebutan Bapak Pembangunan, Sukses Tuntaskan Tugas di Polres Cirebon Kota
“Dulu ada 38, sekarang sudah habis semua karena pada dibangun rumah. Sekarang sisanya tinggal 22 makam,” jelasnya.
Juariah mengakui, terkadang, masih banyak masyarakat luar yang datang hanya untuk ziarah ke makam-makam yang ada di kompleks pemakaman tersebut. Termasuk di setiap hari Jumat dan ada juga yang sewaktu-waktu datangnya.
“Mungkin dari teman-temannya. Karena ada yang bilang, ini keturunannya Keraton Kanoman. Pun dari keraton masih ada yang ke sini. Mudah-mudahan bisa dipugar dan dijaga dengan baik,” tutupnya. (jrl)