“Sembako-sembako ini didistribusi ke Wilayah 3 Cirebon. Sebagian masih menunggu disalurkan,” ungkap salah seorang pengurus Vihara, Romo Yanto kepada Radar Cirebon, Kamis (12/1).
Pada 14 Januari dilaksanakan sembahyang Sang Sin. Yaitu ritual menghantar para dewa naik ke langit untuk melaporkan catatan perbuatan manusia kepada Tuhan. Dilakukan sore hingga malam harinya.
Lilin-lilin ukuran kecil hingga besar telah dipersiapkan. Disimpan di ruang samping Vihara. Lilin itu milik umat yang telah dipesan. Akan diletakkan dan dinyalakan dua atau tiga hari menjelang Imlek. Dinyalakan oleh pemilik lilin tersebut.
Baca Juga:Disdukcapil Kota Cirebon Tegaskan Urus Administrasi Kependudukan Tak Perlu Surat Pengantar RT dan RWMantan Walikota Cirebon Subardi: PDIP Sering Dikasih Diskon oleh Nashrudin Azis
Romo Yanto menambahkan, menjelang Imlek permintaan lampion meningkat. Seperti permintaan untuk lembaga pemasyarakat dan instansi-instansi. Itu untuk menghiasi ruangan menyesuaikan dengan suasana Imlek. Serba emas dan didominasi warna merah.
Pada 16 Januari dilakukan bersih-bersih rupang atau patung. Semua rupang dibersihkan dari debu. Diberikan minyak wangi, kembang aneka rupa dan sesaji berupa buah-buahan, kue basah dan permen.
Imlek sendiri jatuh pada 22 Januari. Di malam menjelang tahun baru Imlek, sudah menjadi tradisi, Vihara Dewi Welas Asih jadi tujuan warga Tionghoa untuk sembahyang. Bukan saja warga keturunan. Masyarakat Kota Cirebon banyak penasaran dan mendatangi lokasi tersebut. Sembahyang Imlek tepat dilakukan pukul 12 malam.
Sembahyang Sang Sin kembali dilakukan pada 25 Januari. Romo Yanto bilang, kali ini dalam rangka menyambut dewa turun dari langit. “Kemudian 29 Januari Sembahyang Thi Kong saat tengah malam. Sembahyang kepada tuhan yang maha esa,” ucap Yanto.
Di tanggal 29 Januari juga dilakukan Sembahyang Ci Suak. Biasa disebut tolak bala. Berharap terhindar dari segala musibah. (*/ade)