“Apalagi Roy ini adalah simbol dari rakyat. Dan sekolahnya ini banyak yang ditindas. Nah di sini ada kritik sosialnya. Makanya bagaimana cara kita membungkus ini agar tidak jadi sindiran itu lumayan jadi kesulitan bagi aktor juga,” timpal Omara.
Selain itu, Abidzar pun menyampaikan hal yang paling berbeda dalam film Balada Si Roy ini adalah cerita tentang tahun 80-an yang bisa dirasakan Abidzar hampir 50-60 persen. Apalagi, Abidzar belum pernah merasakan dan belum tahu seperti apa era 80-an.
“Akhirnya kesempatan ini, gua bisa merasakan hidup di era-80an. Mungkin 50-60 persennya bisa gua rasain,” tuturnya.
Baca Juga:Iwan Bule Pastikan Tak Maju Calon Ketum PSSIFitria Sebut Azis Sudah Siap Ditugaskan di Mana Saja oleh PDIP
Sementara, Jourdy mengungkapkan dari segi proses bukan hanya sisi romance yang ditonjolkan. Namun demikian, terdapat juga sisi action yang ditampilkan. Sehingga, hal yang membuat berbeda dibandingkan film era 80-an lainnya adalah ada fightingnya.
“Jadi pada saat proses bukan cuma menggali bagaimana anak muda di tahun 80-an. Kita juga belajar berantem. Kita mepotret kehidupan anak Serang di zaman dulu ya kalau ada masalah itu tawuran. Jadi lumayan beda dengan film lain dan emang entertain. Bukan hanya romance dan politik saja,” tutur Jourdy.
“Ada beberapa film yang sepantaran yang hanya menitikberatkan kisah romansanya ataupun di societynya. Balada Si Roy tidak fokus di situ. Tapi menggabungkan duanya itu. Balada itu seperti Babak kisah si Roy yang dikisahkan dalam film ini,” lanjut Omara.
Menurut Abidzar, pesan yang ingin disampaikan melalui Film Balada Si Roy adalah bagaimana cara anak muda bertindak dalam menghadapi sebuah masalah. Termasuk lebih bijak ketika menghadapi masalah dan tidak selamanya memakai otot hingga masalah romansa yang selamanya tidak melulu menggunakan nafsu.
“Di film ini Roy memberitahu kepada penonton memang pada saat seusia kita adalah usia-usia kita ingin berontak. Kita tidak mau selamanya dikungkung sama peraturan. Kalau misal gua benar kenapa gua harus menahan. Roy tidak takut salah,” tutur Abidzar.