“Madu baru bisa dipanen setelah empat bulan masa budidaya, bahkan lebih. Tergantung cuaca juga. Kalau saat musim hujan seperti sekarang, biasanya paceklik karena tanaman berbunga akan mudah rontok dan praktis pakan lebah pun sedikit,” ujarnya.
Madu yang dihasilkan dari setiap stup pun, kata Amar, biasanya tidak banyak yaitu sekitar 100 ml saja.
“Jenis lebah pun berpengaruh, kalau jenis unggulan bisa mencapai 500 ml sekali panen. Tapi untuk jenis yang biasa seperti Trigona Levichep paling hanya 100 ml saja sekali panen,” papar Amar.
Baca Juga:Program SIPP Disambut Positif, Begini Kata Wakil Bupati KuninganRencana Bisnis Bank Kuningan Harus Realistis dan Terukur
Kondisi iklim, lingkungan dan perlakuan terhadap lebah pun kata Amar sangat mempengaruhi keaktifan koloni lebah dalam menghasilkan madu. Untuk lebih jelasnya, Amar mempersilakan para pemilik usaha lebah teuweul untuk datang ke Imah Teuweul di Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, yang dikelolanya.
“Kita bisa sharing informasi dan belajar bareng bagaimana menjalankan usaha budi daya madu teuweul atau klanceng. Di sini juga kita bisa diskusikan bagaimana solusi memasarkan madu supaya bisa menjangkau pasar luas bahkan ekspor,” pungkas Amar yang juga menjadi pengurus Komunitas Saudagar Madu (Gardu) Indonesia. (fik)