Saat awal-awal melakukan penanaman dan merintis kawasan wisata hutan mangrove, Nursin mengaku, sempat mengalami gesekan dengan para warga Mundu.
“Tantangan terbesar saya dulu itu waktu merintis mengembangkan hutan mangrove Mundu ini banyak yang menentang dan menyerang saya, warga lain menganggap saya ingin mengusai tanah timbul, padahal tidak ada kepikiran saya mau menguasai tanah timbul,” tuturnya.
Meskipun sibuk dengan pekerjaan sebagai seorang nelayan, namun dirinya selalu menyempatkan waktu untuk menanam mangrove.
Baca Juga:Bangun Jembatan Darurat, Kuwu Penpen: Bantuan dari Dinas PUTRBertahan 2 Bulan, Jalan Raya Lobunta Kembali Berlubang
“Dalam satu bulan 29 hari kita bekerja, masa tidak bisa menyempatkan waktu satu hari saja untuk menanam mangrove, karena prinsip bagi saya, sebaik-baik orang adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain,” tuturnya.
Ditegaskan Nursin, dirinya menanam mangrove dan mengembangkan hutan mangrove semata-mata niatnya hanya untuk ibadah.
Nursin pun kini mempunyai banyak teman dalam kelompok yang sama-sama pegiat menanam mangrove.
“Alhamdulillah saya diberikan teman-teman yang benar-benar niatnya untuk ibadah mengembangkan hutan mangrove, teman-teman saya kalau diminta bekerja menanam mangrove itu rebutan, tetapi ketika giliran istirahat makan itu sepi, mereka enggak tertarik,”tuturnya.(den)