RADARCIREBON.ID – Lebih dari 3 abad yang lalu, di Cirebon sudah ada pesantren. Pesantren tertua di Cirebon yakni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Sesuai dengan nama tempat atau daerahnya, yang berada di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Lumrah disingkat Bacicir.
Pesantren tertua di Cirebon yang sudah berdiri lebih 3 abad ini letak geografisnya tidak jauh dari Jalan Raya Cirebon Bandung. Kalau dari arah Bandung, berada di sebelah kiri jalan.  Beberapa meter setelah tugu perbatasan antara Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Cirebon. Sebaliknya kalau dari arah Kota Cirebon atau Palimanan, berada di sebelah kanan jalan, setelah jembatan Sungai Ciwaringin.
Berdasarkan keterangan, pesantren tertua di Cirebon yang sudah berdiri lebih dari 3 abad ini didirikan sekitar tahun 1705 Masehi atau 1127 Hijriyah. Pendirinya adalah Kiai Jatira. Nama Jatira ini adalah julukan, sedangkan nama aslinya adalah KH Hasanuddin. Beliau adalah putra dari KH Abdul Latief, tokoh agama yang bermukim di Desa Pamijahan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.
Baca Juga:BUKAN DI BALI, Pantai Malang Selatan Ini MenakjubkanIkatan Mahasiswa Kuningan Wilayah Cirebon Ngabdi di Desa Giriwaringin
Pendiri pesantren tertua di Cirebon, masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Kiai Jatira. Beliau berdakwah di kampung yang kondisi masyarakatnya saat itu kurang sejahtera karena pengaruh penjajahan Belanda. Lahan pertaniannya juga kurang subur. Dengan akhlak yang santun dan sabar, dakwah Kiai Jatira atau KH Hasanuddin diterima dengan baik oleh masyarakat.
Agar bisa mengikuti pengajian dengan lokasi yang tetap, maka dirintiskan sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan, sesuai dengan nama daerah atau kawasannya.
Setelah Kiai Jatira meninggal dunia, Pesantren Babakan mengalami stagnasi kepemimpinan. Bahkan sarana fisik pun tidak berbekas. Sampai kemudian KH Nawawi menantu dari Kiai Jatira mambangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer ke arah selatan dari tempat semula.
KH Nawawi tidak sendiri dalam mengasuh pesantren dibantu oleh KH Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 M. Mulai tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH Arsyad, yang masih merupakan Ahlul Bait, dari garis keturunan Sunan Gunung Djati. Sebagaimana dijelaskan dalam silsilah KH Amin Sepuh, yang disusun oleh KH Mudzakkir.