INDRAMAYU, RADARCIREBON.ID – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya banjir rob.
Peringatan BMKG terkait banjir rob juga untuk wilayah pesisir utara maupun selatan laut Jawa Barat hingga 11 Februari 2023 mendatang, termasuk Pesisir Pantura Kabupaten Indramayu.
Ancaman banjir rob disebabkan adanya fenomena fase bulan purnama yang dapat meningkatkan ketinggian pasang air laut hingga level maksimum.
Baca Juga:Bupati Imron Ajak Seniman Cirebon Paham Hak Kekayaan IntelektualSentuh Pelaku UMKM Desa, Program Kruwcil Tingkatkan Usaha Pedagang Kecil
Potensi banjir rob ini, secara umum diprediksi akan berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir.
Seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
Masyarakat diimbau selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.
Meski begitu, nelayan di wilayah pesisir Pantura Indramayu sepertinya tak terlalu terpengaruh. Mereka tetap nekat pergi melaut.
Seperti terpantau pagi ini Senin (6/2). Tampak puluhan perahu nelayan tengah beraktivitas menangkap ikan di pantai laut Jawa, Kecamatan Kandanghaur.
Aktivitas para nelayan itu bisa dilihat jelas oleh para pengendara yang melintasi jalan raya pantura.
Ikuti Imbauan BMKG, Nelayan Melaut Tidak ke Tengah
Ketua KUD Misaya Mina Eretan Wetan, Rasgianto membenarkan. Dua hari terakhir, cuaca lagi membaik. Karena itu, sebagian besar nelayan sudah berani melaut. Mayoritas perahu kecil.
Baca Juga:Jadwal Sholat untuk Kabupaten Indramayu, Senin 6 Februari 2023Jadwal Sholat untuk Kabupaten Cirebon, Senin 6 Februari 2023
Tetapi selama melaut, mereka tidak berani ke tengah. Hanya berani di pinggiran pantai. Para nelayan tetap membatasi diri untuk mengantisipasi perubahan cuaca.
“Kebanyakan nelayan cumi. Tapi mereka belum berani sampai ketengah, karena cuacanya masih tidak menentu,” ujar Rasgianto.
Dijelaskannya, para nelayan hanya melaut hanya sebentar. “Berangkat Subuh, sudah balik sebelum siang. Ada juga yang baru berangkat pagi, sorenya sudah balik,” terangnya.
Sedangkan untuk kapal besar atau nelayan pursin, memilih tetap turun jangkar. Sampai kondisi cuaca kembali normal.