Mohon Doanya, Mahasiswi Cirebon Terdampak Gempa Turki

terdampak-gempa-turki
Orang tua Robiah Bah, KH Badruddin yang juga pengasuh Pondok Pesantren As Salafiyyah Cirebon, Kamis (9/2/2023). Foto: Ade Gustiana/Radar Cirebon.
0 Komentar

“Tendanya ngga bisa buat tidur, cuma bisa duduk. Ramai,” kata Robiah melalui video yang diterima Radar Cirebon.

Dari video yang dikirim, terpantau lantai di dalam tenda yang basah. Puluhan kursi yang disediakan. Serta banyak orang yang berselimut dan berpakaian tebal. Berpenutup kepala.

Tentu Robiah tak bisa tertidur lelap. Tenda itu sekadar jadi tempat istirahat melepas lelah. Ia bersama teman Indonesia lainnya, memutuskan ke luar tenda. Mencari tempat lebih layak. Minimal untuk merebahkan badan.

Baca Juga:GM Radar Cirebon Jadi Pembicara pada Konvensi Nasional Media di MedanTentang Sejarah Kereta Api di Majalengka, Dulu Angkut Daun Jati untuk Pembungkus Nasi Jamblang

Berjalan. Terus berjalan. Tanpa arah dan tujuan yang pasti. Membelah hamparan salju di tengah langit yang gelap. Sampai pada sebuah masjid. Mereka masuk. Berteduh di sana.

Cukup memberikan rasa nyaman sementara. Tampak beberapa pengungsi lain juga telah lebih dulu berteduh di masjid tersebut.

“Sebelum akhirnya mengungsi di rumah teman satu kampusnya yang bukan bangunan bertingkat,” jelas Badruddin, mengabarkan kondisi terakhir anak dari pasangan Badruddin dan Sunaeni itu.

Ia berharap pemerintah Turki menaruh perharian serius terhadap para korban. Tak terkecuali warga negara asing, seperti Indonesia. Karena, jelas Badruddin, para korban tak bisa ke luar rumah. Karena kondisi badai salju yang sering menerpa.

“Bahkan, anak itu berkeinginan (setiap hari, red) siang aja, jangan ada malam. Karena saat malam gelap. Saljunya sangat mencekam. Lebih menyakitkan malam hari, apalagi waktu ada sirine (tanda bahaya, red) atau perintah baru dari otoritas setempat,” terang pria kelahiran tahun 1962 tersebut.

Robiah sedang menempuh pendidikan di Erciyes University, di kota yang terletak di kaki Gunung Erciyes itu. Kayseri juga merupakan salah satu pusat industri yang maju di Turki. Berpenduduk sekitar 1,2 juta jiwa.

“Sekarang semester empat. Ngambil Jurusan Sejarah,” kata Badruddin yang merupakan eks ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Cirebon tersebut.

Baca Juga:Harga Beras Naik, Warga Cirebon KewalahanPetani di Gegesik Terpuruk karena Banjir, Bingung Cari Pinjaman untuk Biaya Tanam Ulang

KH Badruddin mengaku, menempuh pendidikan di Turki merupakan keinginan pribadi Robiah. Ia sebagai orang tua sebatas mendukung. Berharap yang terbaik sepulang dari negara yang mendapat julukan The Sick Man of Europe tersebut.

0 Komentar