RADARCIREBON.ID- Ritual membuang celana dalam ini dilakukan saat bulan Maulid atau Rabiul Awal. Ritual buang celana dalam di Pegunungan Sanggabuana, Karawang Jawa Barat ini diyakini dapat membuang sial.
Para pendaki pun menemukan celana dalam tersangkut di semak belukar pegunungan. Ketika dikumpulkan, jumlahnya sangat banyak dan mencapai satu karung. Bahkan dahulu warga menemukannya hingga 10-20 karung tumpukan celana dalam.
Ritual ini ternyata masih banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempercayai mitosnya. Ritual membuang kutang dan celana dalam ini banyak dilakukan di Gunung Sanggabuana.
Baca Juga:Ini Hasil Klarifikasi Gubernur, Nina-Lucky Tak Bisa Disatukan LagiTahun ini Mudik Motor Gratis, Simak Persyaratanya
Budayawan Karawang, Asep Sundapura mengatakan, ritual yang dilakukan para peziarah mengalami pergeseran tempat. Dahulu, ritual buang pakaian dalam pernah dilakukan di Curug (air terjun Cigentis), bukan di puncak Gunung Sanggabuana.
Musababnya kata Asep, dulu nama Curug Cigentis adalah Curug Panyipuhan. Sementara itu Panyipuhan berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti pembersih atau pembuang sial, inilah yang diyakini oleh masyarakat.
“Artinya, curug ini diyakini bisa menghilangkan atau membersihkan kesialan dan hal-hal negatif dari tubuh manusia. Semacam buang sial dan semacamnya. Itu cerita lama yang berkembang di Karawang Selatan,” katanya.
Sedangkan di puncak Gunung Sanggabuana, jelas Asep, hal tersebut dahulu jarang sekali ditemukan. Dirinya menuturkan bahwa hal ini baru mulai ditemukan sejak tahun 2000-an awal, ketika menjamurnya kuburan-kuburan yang ada di sana.
Diketahui para peziarah akan membuang kutang juga celana dalam selepas berdoa di makam juga petilasan yang ada di Gunung Sanggabuana. Total ada 14 makam yang dipercaya sebagai objek ritual.
Ritual buang celana dalam di Pegunungan Sanggabuana, Karawang Jawa Barat ini diyakini dapat membuang sial.
Beberapa makam diberi nama seperti, Makam Eyang Ganda Mandir, Taji Malela, Kyai Bagasworo, Ibu Ratu Galuh, Eyang Abdul Kasep, Eyang Sapujagat, Eyang Langlang Buana, Eyang Jagapati, dan Eyang Cakrabuana.