Namun demikian, Indra memaparkan sering terjadi alasan prioritas, sehingga terjadi konflik kepentingan mendahulukan dikotomi putra daerah.
Kendati demikian, ada banyak faktor yang menyebabkan sebagian besar pendaftar dari Majalengka tidak lulus.
Pertama, formasi lowongan kerja yang tersedia untuk pelamar dari Majalengka mungkin tidak tersedia. Kedua, mungkin pelamar dari Majalengka tidak memiliki linearitas pendidikan dengan lowongan pekerjaan yang ditawarkan.
Baca Juga:Panwascam Kecamatan Jatiwangi Temukan Stiker Coklit Palsu di Desa Sukaraja Wetan, Ini PenampakannyaKerusakan Jalan di Majalengka Semakin Meluas, Prakiraan BMKG Pukul 13.00 dan Pukul 16.00 Hujan
“Sehingga walaupun memaksakan diri mendaftar, by-sistem mereka tidak diterima. Ini banyak terjadi, misalnya guru lowongan kerja yang tersedia adalah guru seni budaya, tetapi pelamar ijazahnya prakarya,” paparnya.
Kemudian, ketidakseriusan usaha si pelamar sehingga tidak benar-benar menyiapkan diri untuk menghadapi tes.
Ketiga, tidak ada hubungannya dengan IQ, kecerdasan, kepintaran dan sebagainya. Karena bagaimanapun manusia harus berusaha untuk bisa mencapai sukses.
“Ketidak lulusan pendaftar asal Majalengka menurut saya tidak ada hubungannya dengan kemampuan SDM. Sebab buktinya banyak orang Majalengka yang sukses jika benar-benar berusaha dan berupaya. Pun, tidak ada hubungannya dengan apakah mereka belajar waktu kuliah atau tidak, yang jelas, jika hubungannya tentang lamar-melamar kerja itu lebih ke keseriusan usaha,” tandas Indra yang juga Rektor Universitas Majalengka (Unma) ini. (ono)